KOMPAS.com - Satu-satunya cara efektif untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV adalah dengan melakukan tes HIV. Meski begitu, beberapa gejala juga bisa menunjukkan positif HIV. Namun, umumnya gejala ini muncul bertahun-tahun setelah tubuh terinfeksi.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang tak pandang bulu. Virus ini bisa menyerang siapa saja melalui beberapa media penularan seperti cairan darah, sperma, vagina, serta ASI. Bila tak diketahui, HIV bisa berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune-Deficiency Syndrome).
Michael Horberg, Direktur HIV/AIDS pusat kesehatan Kaiser Permanente di Oakland, California, mengatakan tes HIV menjadi cara paling tepat karena terkadang gejala infeksi HIV muncul tahunan bahkan hingga satu dekade, setelah tubuh terinfeksi.
Meski gejala positif HIV bisa dikenali, tes HIV tetap menjadi rekomendasi. Terutama bagi orang yang sering berganti pasangan dan melakukan hubungan seks tanpa pengaman juga pengguna obat intravena. Meski begitu, tes HIV sebenarnya berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.
Pakar penyakit dalam Samsuridjal Djauzi dalam acara peluncuran situs informasi HIV dan AIDS di Jakarta, beberapa waktu lalu, mengatakan dengan semakin banyak orang melakukan pemeriksaan HIV, maka angka transmisi virus akan semakin bisa ditekan.
"Ibu rumah tangga yang sebelumnya dipikir memiliki sangat rendah ternyata mengalami kenaikan signifikan untuk kelompok yang meningkat prevalensi HIV-nya. Maka, tinggi rendahnya risiko, tetap harus cek HIV," tegasnya.
Tes HIV menjadi penting sebagai upaya deteksi dini, sebelum akhirnya mendapati 16 gejala mirip flu yang dikenal sebagai sindrom retroviral akut. Sindrom ini dialami 40 hingga 90 persen orang yang positif HIV setelah sebulan atau dua bulan terinfeksi.
1. Demam.
Demam hingga 38 derajat Celcius, yang diikuti gejala lain seperti lelah, sakit tenggorokan, nyeri/bengkak di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening merupakan salah satu gejala positif HIV.
"Pada tahap ini, virus berpindah ke aliran darah dan mulai berkembang biak dalam jumlah besar. Saat ini berlangsung, terjadi reaksi inflamasi pada sistem imun," ungkap Carlos Malvestutto, instruktur penyakit infeksi dan imunologi di NYU School of Medicine, New York.
2. Lelah.
Sistem imun yang merespons adanya peradangan membuat tubuh mudah lelah. Kelelahan bisa menjadi tanda awal atau lanjutan dari infeksi HIV. Hal inilah yang dialami pengidap HIV, Ron, 54. Gejala lelah baru dirasakannya setelah 25 tahun silam melakukan tes HIV.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.