Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/12/2014, 15:00 WIB

GENEVA, SELASA — Jumlah kematian akibat malaria global turun 47 persen pada 2000-2013. Sepanjang 2013, tercatat 584.000 orang tewas akibat malaria di dunia, 78 persen di antaranya anak balita. Peningkatan akses pada kelambu khusus, tes diagnostik cepat, dan terapi kombinasi kepada penderita malaria berbasis artemisinin menjadi kunci sukses pengendalian.

”Kita bisa memenangkan pertarungan melawan malaria,” kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan menyambut peluncuran Laporan Malaria Dunia 2014, di Geneva, Swiss, Selasa (9/12). Namun, banyak negara masih harus berjuang keras.

Keberhasilan itu menunjukkan bekerjanya sistem dan infrastruktur pendukung penanggulangan malaria. Meski demikian, berbagai upaya itu perlu diperluas agar kian banyak masyarakat di negara endemis malaria menjangkau layanan itu.

Penurunan kematian signifikan terjadi di Afrika, tempat 90 persen kematian akibat malaria terjadi. Periode 2000-2013, kematian turun 54 persen, sedangkan yang terinfeksi malaria turun dari 173 juta orang jadi 128 juta. Capaian itu cukup besar mengingat populasi Afrika bertambah 43 persen selama periode itu.

Namun, wabah ebola di Afrika Barat dikhawatirkan merusak sistem penanggulangan malaria yang sudah berjalan. Fasilitas layanan kesehatan banyak tutup dan kunjungan pasien ke fasilitas layanan turun tajam.

Kemajuan ditunjukkan Sri Lanka dan Azerbaijan yang pada 2013 untuk pertama kali melaporkan tak ada kasus baru. Sebelas negara berhasil mempertahankan nol kasus baru, seperti Argentina, Mesir, Irak, Kirgistan, dan Maroko. Empat negara melaporkan kurang dari 10 kasus baru per tahun, di antaranya Aljazair.

Di Asia Tenggara dan Asia Selatan, jumlah orang terinfeksi malaria menurun dari 2,9 juta orang menjadi 1,5 juta pada periode sama. India, Myanmar, dan Indonesia menyumbang penurunan terbesar.

Direktur Program Malaria Global WHO Pedro Alonso menilai, keberhasilan itu belum pernah dicapai. Hal itu bisa terwujud karena komitmen politik dan anggaran serta perbaikan proses diagnosis di sejumlah negara.

Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, prevalensi malaria berdasarkan diagnostik dan gejala mencapai 6 persen, sedangkan yang berdasar diagnostik saja hanya 1,9 persen. (BBC/REUTERS/AFP/MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau