Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2015, 07:21 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis


KOMPAS.com -
Lap tangan biasa digunakan ketika sedang menyiapkan makanan, memasak, atau mengeringkan tangan di dapur. Hanya, sudah berapa lama lap tangan yang Anda pakai hari didapur itu? Satu hari? Dua Hari? Seminggu atau lupa kapan terakhir mengganti lap tangan di dapur?

Sebelum makin lama, ada baiknya segera mengganti lap tangan tersebut agar tidak makin kotor dan menjadi sarang kuman.

Ya, lap tangan yang biasa digunakan di dapur merupakan benda dengan bahaya kontaminasi teratas di ruangan tersebut. Sementara telepon seluler (ponsel) menjadi sumber potensial lainnya dari kontaminasi silang di dapur. Kontaminasi silang mengacu pada perpindahan tidak sengaja dari kuman yang berpotensi berbahaya dari satu permukaan ke permukaan lain.

Hasil ini diperoleh setelah periset dari Kansas State University meminta kepada 123 orang untuk menyiapkan satu resep yang menggunakan daging sapi atau ayam mentah bersamaan dengan salad buah yang siap disantap. Mereka menyiapkan makanan di dapur yang sudah dibuat di kampus tersebut.

Jenis bakteri yang tidak berbahaya diletakkan di daging sapi dan ayam mentah guna menelusuri level penyebaran kontaminasi yang berhubungan dengan daging selama mempersiapkan makanan.

"Pertama, partisipan diamati dalam menangani handuk, termasuk lap kertas, bahkan ketika tidak menggunakannya untuk mengeringkan. Handuk ditentukan sebagai benda paling terkontaminasi dari semua permukaan kontak yang diuji,” ujar Jeannie Sneed, periset dan spesialis keamanan pangan. 

Banyak partisipan menyentuh lap sebelum mencuci tangan mereka atau menggunakannya setelah mencuci tangan yang tidak memadai. Bahkan, menurut studi yang dilaporkan dalam jurnal Food Protection Trends, setelah mencuci tangannya dengan tepat, partisipan menggunakan lapnya kembali dan tangannya kembali terkontaminasi.

Lap kain bisa dengan mudah terkontaminasi dengan kuman yang dapat menyebabkan penyakit yang disebarkan melalui makanan. Ditambahkan para periset, pada penelitian sebelumnya, bakteri yang kerap ditemukan pada daging dan unggas mentah, berkembang di lap kain yang didiamkan semalaman, bahkan ketika dicuci maupun dibilas di bak cuci piring.

Sehingga, Sneed menyarankan untuk mencuci lap setelah digunakan saat menyiapkan makanan. Bisa juga dengan menggunakan lap kertas atau tisu dapur dan langsung buang usai dipakai.

Sementara itu, Sneed dan timnya menjumpai bahwa lebih dari 90 persen salad buah yang disiapkan oleh partisipan terkontaminasi dengan bakteri tracer (pengusut). Bila tracernya adalah kuman berbahaya seperti salmonella, ada risiko tinggi untuk penyakit yang disebarkan melalui makanan.

Kemudian, empat dari lima partisipan juga meninggalkan kontaminasi dari daging mentah di keran air tempat cuci piring, kulkas, oven, dan tempat sampah. Lebih lanjut, banyak partisipan menggunakan ponselnya selama menyiapkan makanan dan tidak membersihkannya dengan tepat.

Ponsel dan tablet menjadi gawai yang kadangkala dibawa ke dapur. Baik untuk memutar lagu yang menjadi teman saat memasak atau mencari resep di kedua gawai tersebut. Sayangnya, kita lupa kalau ponsel atau tablet yang dibawa itu sudah pernah mampir ke banyak tempat yang tidak selalu bersih.

Pikirkan saja berapa banyak Anda melihat seseorang berbicara dengan ponselnya di tempat seperti toilet (mungkin termasuk Anda sendiri) atau kamar mandi. "Padahal area tersebut kerap menjadi tempat mikroorganisme seperti norovirus dan E.coli dijumpai,” lanjut Sneed.

Kalaupun ingin membawa alat tersebut, rekomendasi dari Sneed, lap terlebih dahulu permukaannya dengan desinfektan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com