Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/05/2015, 12:57 WIB

KOMPAS.com - Banyak orang yang tidak memahami perjalanan panjang yang dilalui selembar baju yang baru mereka beli. Meski dalam label tertulis pakaian itu dibuat di mana, tapi seringkali baju itu diwarnai di tempat lain, dan dijahit di negara yang berbeda.

Masing-masing memiliki level penggunaan zat kimia yang juga berlainan. Salah satu pakar dermatologi Donald Belsito menyebutkan, pakaian yang baru dibeli seharusnya dicuci sebelum dipakai. Bahkan jika perlu dicuci lebih dari sekali.

Ada dua alergen atau pemicu alergi dari pakaian baru: pewarna dan resin formaldehyde. Kebanyakan tekstil diwarnai dengan azo-aniline yang bisa menyebabkan reaksi pada kulit.

Walau bagi sebagian besar orang reaksi tersebut tidak parah, tapi pada orang yang kulit sensitif bisa menyebabkan kulit kering, gatal, bahkan peradangan.

"Jika zat pewarna itu belum dihilangkan lewat cucian, kulit bisa merah, gatal, bahkan ruam, terutama di area yang dekat lipatan atau banyak keringatnya, seperti di leher, pinggul, atau area ketiak," kata Belsito.

Sementara itu resin formaldehyde biasanya dipakai untuk mencegah campuran katun dan poliester berkerut dan membatasi tumbuhnya jamur. Di banyak negara saat ini memang penggunaan resin ini sudah dibatasi.

Selain penggunaan zat kimia, pakaian baru juga sudah disentuh atau dicoba oleh banyak orang.

"Untuk menjaga higienitas, sebaiknya cuci pakaian baru, apalagi pakaian anak-anak," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau