Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Penemuan Kesehatan Selama 2015 yang Orangtua Harus Tahu

Kompas.com - 15/12/2015, 19:45 WIB

KOMPAS.com - Parenting bukanlah hal yang mudah, apalagi dengan banyaknya informasi yang didapat dalam berbagai versi. Pada akhirnya, setiap orangtua memang punya cara masing-masing, berdasarkan insting, pengalaman, dan saran dari orang-orang yang dipercaya.

Namun, pada dasarnya ilmu pengetahuan pun “menawarkan” banyak ilmu tentang pengasuhan, terutama yang berkaitan tentang kesehatan anak-anak.

Berikut ini adalah 10 hal yang paling menarik dari hasil berbagai penelitian kesehatan sepanjang tahun 2015 yang perlu diketahui para orangtua.

1. Membaca dapat mengubah otak anak

Orangtua dan dokter anak nampaknya sudah mengetahui bahwa membaca mempunyai banyak manfaat bagi anak-anak. Dan di tahun 2015, untuk pertama kalinya para ahli membuktikan, bahwa membaca dapat mengubah otak dan juga menambah wawasan.

Dengan menggunakan MRI, peneliti melihat ke dalam otak anak yang berusia 3 - 5 tahun dan menemukan bukti nyata, bahwa anak-anak prasekolah yang membaca akan mengaktifkan bagian otak mereka yang akan membantu dengan penggambaran mental dan pemahaman narasi. Kedua hal tersebut sangat penting untuk pengembangan bahasa dan aksara. Jadi,  mari biasakan anak membaca.

2. 75% orangtua salah dalam mengatur kursi mobil

Semakin banyak orangtua yang peduli tentang keamanan car seat, dan tak bisa dipungkiri bahwa ini adalah hal baik. Tapi, sebuah penelitian di Januari menemukan, bahwa sebagian besar orangtua masih salah mengikuti saran tentang berapa lama anak-anak mereka harus duduk di rear-facing car seat (menghadap belakang).

American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa orangtua harus menjaga balita di rear facing car seat sampai usia 2 tahun atau sampai mencapai tinggi dan berat badan untuk rear facing seat.

Namun, para peneliti justru menemukan mayoritas orangtua mengubah kursi anak-anak mereka dengan front facing car seat (menghadap depan) lebih cepat dari yang dianjurkan. Bahkan, seperempat dari mereka mengubahnya sebelum anak mereka berusia 1 tahun

3. Anak yang memilihara anjing cenderung  tak memiliki masalah kecemasan

Sebuah studi yang dilakukaan di 2015 menunjukkan, bahwa anak-anak yang tinggal di rumah dengan anjing cenderung tidak memiliki gangguan cemas ketimbang anak-anak yang tak memiliki anjing di rumah.

"Anjing dapat mengurangi rasa cemas di masa kanak-kanak, terutama kecemasan sosial" kata penulis.

4. Anak-anak harus mengurangi makan pizza

Penelitian yang dipublikasikan di 2015 menemukan, bahwa pizza berkontribusi pada konsumsi garam, kalori dan lemak jenuh berlebih pada anak.

Para peneliti juga menemukan, bahwa sekitar 20% anak anak dan remaja yang menyantap pizza, cenderung makan makanan yang lebih banyak mengandung garam, kalori dan lemak jenuh.

Orangtua seharusnya membatasi anak-anak mereka dalam mengonsumsi pizza atau setidaknya menambahkan makanan yang sehat dengan topping sayur-sayuran misalnya.

5. Penderita ADHD meningkat, terutama pada anak perempuan

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) seringkali dikaitkan dengan masalah pada anak laki-laki. Namun, sebuah studi terbaru yang dirilis bulan Desember menemukan, bahwa prevalensi pengidap ADHD meningkat di AS sekitar 43 persen anak-anak usia sekolah.

Selain itu, berdasarkan penelitian di tahun 2003 - 2011, terdapat lonjakan pada jumlah penderita anak perempuan sekitar 55%. Hingga saat ini, para peneliti masih belum menemukan jawabannya.

Menurut dokter, anak perempuan mempunyai gejala-gejala yang lain, seperti impulsif dan sulit untuk fokus. Penelitian ini menjelaskan, bahwa ADHD akan menjadi masalah umum dan orangtua, guru bahkan dokter, karena ini adalah masalah yang sangat penting yang mungkin terabaikan di masa lalu.

6. Penderita autisme juga meningkat

Penderita Autism Spectrum Disorder (ASD) diprediksi akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada bulan November, Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) merilis data terbaru yang memperkirakan 1 dari 45 anak-anak di AS mengidap ASD berdasarkan wawancara dengan orangtua.

Prakiraan tersebut lebih tinggi dibanding data yang sering disebutkan oleh catatan medis, yaitu 1 dari 68 anak-anak.

7. Susah makan bukan sekedar fase

Tak sedikit anak-anak yang di usia tertentu menjadi susah makan, terutama jika diberikan sayur atau buah. Susah makan sering dianggap sebagai salah satu fase dalam tumbuh kembang anak.

Namun, menurut studi terbaru anak balita yang masuk dalam kategori selective eaters (hanya mau makanan tertentu setiap makan) punya kecenderungan mengalami kecemasan dan depresi.

Memang hubungan sebab akibat antara kedua hal ini belum jelas. Tetapi para orangtua dan dokter sebaiknya tidak mengabaikannya, terutama jika kebiasaan pilih-pilih makanan menjadi semakin parah.

8. Menunda melepas tali pusat pada bayi mempunyai manfaat

Meskipun tidak semua dokter dan bidan menunda melepas tali pusat bayi, sebuah riset di 2015 menunjukkan, bahwa hal tersebut sebenarnya baik dilakukan.

Para peneliti mengatakan, menunda melepas tali pusat lebih dari 3 menit setelah bayi dilahirkan akan membuat bayi memiliki keterampilan motorik sosial lebih tinggi beberapa tahun kemudian.

Menunda melepas tali pusat bayi akan mengalirkan darah dari plasenta dan meningkatkan zat besi serta membantu perkembangan otak

9. Kekerasan pada anak

Menurut studi yang dipublikasikan akhir tahun ini, lebih dari sepertiga anak-anak di AS mengalami beberapa bentuk kekerasan fisik pada tahun 2013 dan 2014 dan sebagian besar kasus ini dilakukan oleh saudara kandung.

Penelitian ini menarik perhatian karena kekerasan seperti ini sangat berbahaya, meskipun masih banyak orangtua yang berpikir ini adalah bagian dari tumbuh dewasa.

“Penelitian kami menemukan, bahwa korban kekerasan oleh saudara kandung adalah sumber terbesar trauma pada anak-anak,” ujar salah satu penulis studi pada The Huffington Post.

10. Pentingnya vaksinasi campak

Sekitar Januari dan November 2015, AS dilanda wabah penyakit campak hingga mencapai 189 kasus. Peningkatan kasus campak ini ada kaitannya dengan dihapuskannya penyakit campak di AS pada tahun 2000, sehingga tidak ada vaksinasi campak.

CDC yakin merajalelanya penyakit ini, karena adanya taman hiburan di California dan banyak wisatawan luar yang datang dan mereka sebagian besar tidak divaksinasi terlebih dahulu.

Itu sebabnya tahun 2015, banyak orangtua dan praktisi kesehatan berbicara pentingnya vaksinasi pada anak-anak. (Muthia Zulfa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com