Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/01/2016, 16:00 WIB

Untuk menjaga pendidikan mereka, relawan hanya bisa mengajari anak-anak pada sore hari setelah mereka lelah mencari nafkah. Relawan harus mendatangi lokasi yang jadi tempat anak jalanan itu berkumpul karena tak mungkin mengharap mereka datang ke rumah pintar.

Masalahnya, saat gelap tiba, pengajaran sulit dilakukan karena terbatasnya penerangan dalam pasar. Terbatasnya intensitas pertemuan antara relawan dan anak-anak membuat upaya mengubah perilaku kasar anak sulit dilakukan.

Terlebih, orangtua dan orang dewasa di sekitar mereka kurang peduli dengan tumbuh kembang anak sehingga terbiasa berkata kasar dan kotor di depan anak.

Makin bertambahnya usia, tantangan yang mereka hadapi kian beragam. Mereka rentan terjebak masalah penyalahgunaan obat-obatan, infeksi menular seksual, kehamilan tak diinginkan, hingga terjangkit HIV (human immunodeficiency virus).

Sama seperti anak-anak di kompleks prostitusi, identitas kependudukan anak-anak jalanan jadi persoalan pelik. Ketidakjelasan status pernikahan orangtua dan tempat tinggal orangtua yang berpindah-pindah membuat status kependudukan mereka amburadul. Itu menyulitkan mereka untuk mengikuti pendidikan formal dan mendapat bantuan sosial dari pemerintah.

Meski demikian, para relawan sadar, mengubah pribadi anak-anak yang terpinggirkan dari proses pembangunan itu tak mudah. Pendidikan tata krama, pelatihan keterampilan, dan beasiswa perguruan tinggi sudah diberikan. Namun, tetap sulit mengubah mereka.

Cita-cita para relawan pun tak muluk. Mereka hanya ingin anak-anak di kompleks prostitusi bisa keluar dari jebakan lingkaran prostitusi di sekitarnya. Mereka berharap, anak- anak jalanan bisa keluar dari jerat kekerasan dan hidup lebih baik di masa depan.

Namun, cita-cita itu sulit terwujud. Anak-anak yang kurang beruntung itu seolah terkungkung dalam dunia kecilnya. Mereka sulit dan tak berani bermimpi besar sehingga daya juang mereka amat rendah.

"Kami dan relawan hanya berharap anak-anak itu berani bermimpi besar," kata Direktur Eksekutif PKBI Jawa Tengah Elisabet SA Widyastuti. Di luar kerasnya dunia prostitusi dan jalanan yang mereka temui setiap hari, masih ada dunia lain yang lebih baik dan bisa digapai siapa pun sepanjang ada kemauan dan usaha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com