Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/05/2016, 20:15 WIB
|
EditorBestari Kumala Dewi

JAKARTA, KOMPAS.com – Lupus merupakan penyakit autoimun yang bisa menyerang seluruh organ tubuh. Sayangnya, penyakit ini masih sulit dideteksi, karena gejala yang muncul mirip penyakit lain. Itu sebabnya, keterlambatan diagnosa penyakit lupus sering terjadi.

Pembina Yayasan Lupus Indonesia yang juga pakar lupus Profesor dr. Zubairi Djoerban, SpPd, KHOM, FINASIM, mengungkapkan, penyakit lupus dikenal dengan penyakit seribu wajah. Gejala yang muncul pada seriap orang juga berbeda-beda sehingga sering kali tak disadari, seperti sakit pada persendian atau tulang, demam berkepanjangan, muncul bercak merah mirip bentuk kupu-kupu pada wajah, sering merasa lelah, anemia, hingga gangguan ginjal.

Bertepatan dengan peringatan Hari Lupus Sedunia yang jatuh pada 10 Mei ini, organisasi Lupus Dunia pun akhirnya meluncurkan World Lupus Federation (WLF).

"Merupakan suatu kehormatan Yayasan Lupus Indonesia mewakili Indonesia sebagai International Steering Comitte untuk World Lupus Federation. Dengan adanya WLF diharapkan bisa menambah info perkembangan pengobatan dan riset terbaru," ujar Zubairi dalam siaran pers yang diterima wartawan, Selasa (10/5/2016).

Ada sekitar 200 organisasi lupus di seluruh dunia yang akan berkolaborasi dengan WLF. Terbentuknya WLF diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penyakit lupus, memberikan advokasi, hingga dukungan kepada sekitar lima juta odapus si dunia.

“World Lupus Federation adalah suatu langkah awal untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit yang sulit untuk didiagnosa, sering tidak terlihat, dan tidak dapat diduga dengan membawa organisasi lupus di seluruh dunia bersama-sama," ujar Chris Maker, Director dari Lupus UK.

Sandra C. Raymond, President dan CEO dari Lupus Foundation of America (LFA) menambahkan, penyakit lupus selama ini belum memperoleh pendanaan untuk riset dan kurang perhatian masyarakat.

Padahal, lupus merupakan masalah kesehatan yang serius. Melalui WLF, diharapkan dapat bersama-sama mengatasi masalah yang kerap dihadapi odapus, seperti lamanya waktu untuk mendiagnosa, kurangnya edukasi di kalangan professional medis dan masyarakat, serta masih kurangnya pendanaan untuk riset.

Ketua Yayasan Lupus Indonesia Tiara Savitri mengungkapkan, lupus bisa menyerang siapa saja. Berdasarkan data Yayasan Lupus Indonesia, hingga saat ini terdapat 17.286 orang dengan lupus (odapus) di seluruh Indonesia.

Namun, lupus bagai fenomena gunung es. Diperkirakan terdapat 1,5 juta odapus di Indonesia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+