Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/07/2016, 13:00 WIB

Kepala Bareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan, keterlibatan Elly dalam peredaran vaksin palsu itu diketahui pada Rabu malam berdasarkan pengakuan Rian Kartawiyana selaku distributor vaksin itu.

Selain di klinik Elly, berdasarkan pengakuan Rian, vaksin palsu itu juga didistribusikan ke sejumlah klinik di tujuh wilayah di Indonesia, di antaranya Bekasi dan Jakarta Timur.

Sejauh ini, Ari mengatakan, ada enam jenis vaksin yang dipalsukan, di antaranya vaksin hepatitis A dan B, campak, dan BCG. Kini pihaknya tengah mengembangkan pemeriksaan terkait produsen vaksin palsu itu. Ada dugaan produsen vaksin itu tak hanya pasangan suami istri di Bekasi, tetapi juga dari tempat lain.

"Kasus ini masih terus kami kembangkan terkait kandungan vaksin dan juga produsennya," kata Ari.

Cek bahan baku

Kepala Polri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengungkapkan, polisi saat ini sedang melakukan langkah lanjutan dalam kasus vaksin palsu, yaitu mengecek bahan baku vaksin palsu kemudian meminta pendapat ahli apa dampaknya kalau disuntikkan ke dalam tubuh.

"Hari ini ada pembicaraan antara Menteri Kesehatan dan Kepala Bareskrim tentang bahan vaksin palsu, dampaknya, serta bagaimana mencegah vaksin palsu," ujarnya.

Soal jumlah tersangka yang telah ditahan, Badrodin menjelaskan terdapat 17 tersangka. Namun, yang ditahan hanya 15 orang, sementara dua tersangka tidak ditahan karena masih di bawah umur. Kedua tersangka di bawah umur itu berperan sebagai kurir.

Mengenai hukuman maksimal terhadap tersangka, menurut Badrodin, hal itu merupkan penilaian hakim, sedangkan polisi hanya menerapkan pasal yang sesuai.

Pemerintah Kota Tangerang, Banten, menunggu surat edaran resmi dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan vaksin ulang pada anak-anak. Hal ini dilakukan untuk menenteramkan keresahan orangtua akan peredaran vaksin palsu.

Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengatakan, pihaknya siap melakukan vaksin ulang anak-anak di Kota Tangerang. "Kami tinggal menanti arahan pusat dari Kementerian Kesehatan," ujar Arief, Kamis (30/6).

Ia mengatakan, apabila surat edaran sudah keluar, pihaknya akan menggerakkan seluruh petugas dinas kesehatan, RSUD, puskesmas kecamatan hingga kelurahan dan posyandu untuk melakukan vaksin ulang. "Kami akan ke sekolah-sekolah juga. Ini akan menjadi sebuah gerakan," ujar Arief.

Hal ini perlu dilakukan untuk menjawab keresahan warga akan peredaran vaksin palsu. "Divaksin lagi kan tidak mengganggu kesehatan," ujar Arief.

Selama ini pihaknya selalu mendapat pasokan vaksin dari PT Bio Farma (Persero). Dari Kementerian Kesehatan, vaksin dipasok ke dinas kesehatan, lalu ke RSUD dan puskesmas kecamatan, lalu diturunkan ke puskesmas kelurahan dan posyandu.

Muhamad Abdi (26), karyawan swasta warga Bintaro, Tangerang Selatan, mengkhawatirkan soal peredaran vaksin palsu. "Tentu saja saya sebagai orangtua khawatir. Takut anak saya disuntik yang bukan-bukan," ujar Abdi yang dihubungi Kamis.

Sebab, putrinya, Za'imah Pramudita Salim, baru berusia tiga minggu. Anakny, sudah menerima vaksin polio dan hepatitis pada saat usia 0-7 hari di sebuah klinik swasta di bilangan Bintaro.

Saat menerima anaknya diberikan vaksin, Abdi tidak bisa melihat kemasan aslinya sebab sudah dikeluarkan dari bungkusan kotaknya.

Putrinya menerima vaksin yang diimpor oleh PT Aventis Pharma. Kertas kemasan vaksin itu ditempel di buku kontrol vaksin anaknya.

"Kliniknya mengaku ini dari distributor resmi," ujar karyawan swasta yang berkantor di bilangan Karet, Jakarta Selatan. (C11/WAD/MDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com