Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/08/2016, 18:30 WIB

Sementara di sebuah warung kelontong di tepi Jalan Raya Siliwangi, Pamulang, Tangerang Selatan, Masih (39), pemilik warung, mengeluarkan sejumlah obat bebas dari dus kecil tanpa tahu kapan obat itu kedaluwarsa. Beberapa obat dibeli potongan sehingga tanggal kedaluwarsanya ikut terpotong.

Sebagian besar obat diselimuti debu tebal karena warung itu ada di tepi jalan raya. Satu obat dengan kandungan parasetamol yang utuh kemasannya tampak berubah warna karena berdebu. Di baliknya, sebagian lapisan aluminium kemasan obat sobek. Terlihat tanggal kedaluwarsanya pada Juni 2015.

Masih mengaku tak pernah mengecek obat-obatan yang dibelinya di agen rokok itu. Baginya, obat akan ditambah kalau stoknya habis. Jika stoknya masih ada, ia belum akan membeli lagi atau membuang yang lama meski kedaluwarsa.

Tak terkendalinya distribusi obat juga tergambar dari mudahnya orang mencari obat penggugur kandungan. Di sekitar Pasar Pramuka, Jakarta, misalnya, pedagang makanan dan minuman bisa mendapat obat penggugur kandungan.

"Mau obat untuk menggugurkan kandungan? Saya bisa carikan di dalam. Cukup bayar Rp 700.000," kata Deden, pedagang makanan dan minuman.

Untuk meyakinkan calon konsumen, Deden membuka botol minuman yang diselipkan di kotak krat minuman. Dari botol itu, ia mengeluarkan obat yang dipakai sebagai penggugur kandungan. "Mau enggak? Saya kasih kurang deh, Rp 500.000. Untungnya tipis," ujarnya.

Menurut Deden, ada saja perempuan muda meminta bantuannya untuk mendapat obat penggugur kandungan. Sejauh ini, ia mengklaim tak ada konsumennya tewas setelah mengonsumsi obat itu.

Modus lain penjualan obat ialah penjualan secara daring. Bahkan, laman yang direkomendasikan Badan Pengawas Obat dan Makanan agar ditutup sejak 2013 melayani pembelian obat, termasuk penambah stamina pria. Mudahnya mendapat obat di berbagai tempat itu mencerminkan lemahnya pengawasan distribusi produk farmasi. (MDN/ADH/UTI/JOG)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Agustus 2016, di halaman 1 dengan judul ""Pasar Bebas" Obat dari Kota hingga Desa".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com