Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/09/2016, 17:00 WIB


Oleh Ahmad Arif dan Adhitya Ramadhan

Saat pertama kali ditemukan di Uganda tahun 1940-an, virus zika dipandang sebelah mata. Dia hanya dianggap memicu demam ringan dan ruam di kulit. Kini, dunia dilanda panik terhadapnya, terutama karena zika dipastikan menyebabkan mikrosefali pada bayi baru lahir, dan bisa ditularkan lewat hubungan seksual, selain gigitan nyamuk.

Meski telah lama ditemukan, zika baru hangat dibicarakan sejak awal 2016, saat virus itu mewabah di Brasil. Namun, hingga saat itu, publik mempertanyakan seberapa serius dampaknya bagi manusia.

Bahkan, saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan darurat zika, 1 Februari 2016, ilmuwan masih memperdebatkan korelasi langsung serangan virus itu dengan lonjakan kasus bayi lahir berkepala lebih kecil dari ukuran normal atau mikrosefali.

Kini, dipastikan serangan zika memicu mikrosefali dan gangguan otak lain, selain sindrom Guillain-Barré, sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf yang kadang memicu kelumpuhan. Sejak 13 April 2016, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat Tom Frieden mengumumkan, "Kini dipastikan, virus ini menyebabkan mikrosefali."

Dalam laporannya, CDC menyebut, tak semua perempuan hamil yang terinfeksi virus zika akan melahirkan bayi dengan mikrosefali. Namun, tak ada keraguan lagi, ibu hamil terinfeksi zika rentan melahirkan bayi dengan kondisi mikrosefali.

Sejumlah riset dari Brasil mengonfirmasi, sebelum wabah zika, rata-rata bayi lahir dengan kondisi mikrosefali ialah 5 kasus per 100.000 kelahiran. Namun, setelah wabah zika, angkanya melonjak menjadi 200 kasus per 100.000 kelahiran.

Studi terbaru oleh Patricia Soares dan timnya dari Federal University of São Paulo yang baru dirilis di jurnal Radiology, Agustus lalu, menunjukkan gambar mengerikan bagaimana virus zika menggerogoti otak janin dalam kandungan. Studi ini melakukan pencitraan gambar 45 janin dari ibu di Brasil yang terinfeksi zika.

Bayi dengan mikrosefali memiliki otak dan tengkorak abnormal ukuran kecil bagi usia mereka, dalam rahim hingga saat lahir, bisa mengalami kerusakan otak sebagai efeknya. Mikrosefali bisa memicu kematian dini, karena jika otak bayi tak berkembang, tubuh tak bisa berfungsi dengan baik. Anak yang bertahan hidup dengan mikrosefali berpotensi mengalami gangguan berpikir, berbicara, bahkan cacat fisik.

Studi terbaru dipublikasikan CDC AS menunjukkan, dampak infeksi zika pada janin dan bayi baru lahir yang terinfeksi ialah kelainan penglihatan dan kerusakan pendengaran. Sementara infeksi zika pada perempuan tidak hamil tak akan berpengaruh pada kehamilannya di masa datang sepanjang virus itu telah bersih dari darahnya.

Terkait itu, Direktur Jenderal pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh meminta ibu hamil mewaspadai infeksi zika. Meski zika tak menimbulkan kegawatan serius seperti demam berdarah dengue (DBD), infeksi zika terkait mikrosefali.

Tantangan pengendalian zika ialah penyakit ini hampir tak ada gejala khas sehingga pengobatan meringankan gejala. Apalagi, virus zika bertahan di tubuh selama 3 bulan. Jadi, orang yang baru pulang dari daerah terjangkit harus menjaga diri tak digigit nyamuk dan tak berhubungan seksual. Pertengahan Juli 2016, pertama kali dilaporkan terjadi penularan virus zika lewat hubungan seksual. Kasus itu ditemukan di New York.

Sementara sindrom Guillain-Barré menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf perifer, pengendali gerakan tubuh. Penderitanya mengalami gejala kesemutan, nyeri otot kaki dan tangan, serta pelemahan hingga ke otot mata.

Darurat zika

Kini, banyak negara menyatakan darurat wabah zika, yang menurut WHO menjangkiti 69 negara, termasuk Indonesia. Sejak 8 bulan terakhir, CDC AS mengucurkan dana 194 juta dollar AS dari 222 juta dollar AS untuk memerangi zika. Itu melibatkan universitas dan lembaga riset di negara itu, terutama deteksi dan mencari solusi.

Menurut Subuh, Indonesia dikategorikan WHO sebagai negara dengan potensi penyebaran zika tinggi. Australia menyebut Indonesia sebagai negara menghadapi wabah zika. Status itu lalu diturunkan jadi negara dengan penyebaran sporadis

Baru-baru ini, zika mewabah di Singapura. Laporan terakhir menyebutkan, zika menginfeksi 151 orang di negara itu, termasuk seorang ibu hamil dan seorang warga negara Indonesia. Ancaman zika di depan mata. "Di Indonesia, nyamuk penyebarnya ada, kasus zika ada di Singapura. Lalu lintas orang ke Singapura tinggi," kata Subuh.

Wabah di Singapura itu membuat Pemerintah Indonesia meningkatkan kewaspadaan pada zika meski masih reaktif. Kemenkes RI mengeluarkan anjuran bepergian (travel advisory) bagi WNI yang akan pergi ke Singapura agar waspada zika.

Padahal, hingga sebelum zika mewabah di Singapura, virus itu telah ada di Indonesia. Keberadaan virus zika di Indonesia ditemukan Lembaga Eijkman saat memeriksa sampel darah pasien demam dari Kota Jambi.

Desember 2014-April 2015, ada kejadian luar biasa DBD di Jambi. Dari 261 sampel darah pasien yang diduga kena dengue itu, ada satu terinfeksi zika.

Menurut riwayat perjalanan pasien, ia tak pernah ke luar negeri atau daerah lain sehingga disimpulkan zika beredar di daerah ini.? Temuan itu dipublikasikan dalam jurnal internasional, Emerging Infectious Disease, dan bisa diakses secara daring, akhir Januari 2016.

Dalam laporan itu disebutkan, Eijkman berhasil mengisolasi dan mengurut genom virus zika dari Jambi itu. Hasilnya, strain virus zika di Jambi mirip dengan yang ditemukan di Thailand dan yang menginfeksi warga Australia yang diduga terinfeksi di Jakarta.

Namun, belum ada tindakan nyata hingga kita dilanda kepanikan dengan penularan zika dari negeri tetangga. Peneliti Emerging Virus Research Unit Lembaga Eijkman, Frilasita Yudhaputri, mengatakan, sejak temuan virus zika di Jambi itu, ada riset lanjutan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Jambi. Selain sampel darah pasien demam dari Jambi, secara sporadis dideteksi sampel dari daerah lain. "Ada lebih dari 1.000 sampel. Belum ditemukan zika lagi."

Jumlah sampel diperiksa Lembaga Eijkman itu terlalu kecil dibanding besarnya populasi Indonesia berpotensi terinfeksi. Eijkman punya akses terbatas pada sampel. Padahal, sebagai negara tropis dan banyak daerah endemis demam berdarah, amat mungkin virus zika mendompleng nyamuk Aedes sp.

Menurut Subuh, Kemenkes menerbitkan edaran ke berbagai rumah sakit agar mengirim sampel darah positif DBD ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes. Sampel dicek apa positif zika.

Sebelum temuan di Jambi, laporan berbagai jurnal menyebutkan, zika ditemukan di Klaten, Jawa Tengah, tahun 1981; Lombok 1983; 2 pelancong asal Australia terkena zika di Jakarta pada 2013, dan di Bali pada 2015.

Dengan situasi itu, pemerintah seharusnya mengerahkan segenap daya demi mendeteksi zika. Itu perlu dilakukan dengan menggandeng lembaga riset dan perguruan tinggi yang punya teknologi dan sumber daya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 September 2016, di halaman 14 dengan judul "Babak Baru Wabah Zika".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com