Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2016, 14:00 WIB

Akhir 1977, Yoshinori ditawari bekerja sebagai profesor yunior di laboratorium pimpinan Yasuhiro Anraku di Fakultas Sains University of Tokyo. Tawaran ini memungkinkannya kembali ke Jepang.

Fisiologi vakuola

Saat itu, banyak ilmuwan mempelajari bagaimana ion dan molekul pada membran plasma sel bergerak atau berpindah. Namun, masih sangat sedikit yang mendalami bagaimana perpindahan antarmembran organel, sebuah ikatan struktur membran subselular di dalam sel.

Vakuola, ruang atau rongga yang terbentuk dalam protoplasma sel, dianggap sebagai tong sampah dalam sel. Tidak banyak ilmuwan yang tertarik untuk menguak proses fisiologis yang terjadi di dalamnya.

”Karena itu, saya pikir mempelajari hal ini akan menarik karena saya tidak banyak mendapat kompetitor. Saya orangnya tidak begitu kompetitif, jadi saya selalu mencari bidang baru untuk dipelajari,” katanya.

Alasan lain mempelajari fisiologi vakuola adalah selama bekerja di laboratorium sangat mudah untuk mengerjakan vakuola. Yoshinori menemukan banyak sistem perpindahan dalam membran vakuola.

Bersama ilmuwan muda di laboratoriumnya yang kecil, akhirnya ia berhasil mengungkap gen yang berperan dalam proses otofagi di bawah cahaya dan mikroskop elektron.

Hasil riset Yoshinori membuka pemahaman terhadap mekanisme otofagi dalam proses fisiologis, seperti dalam adaptasi terhadap kelaparan dan respons terhadap infeksi. Mutasi gen otofagi bisa menimbulkan penyakit. Proses otofagi berperan dalam beberapa kondisi, seperti kanker dan penyakit saraf.

Setelah infeksi, misalnya, otofagi bisa menghilangkan bakteri atau virus yang menyerang sel. Otofagi berperan dalam pembentukan embrio dan pembelahan sel. Otofagi juga berperan menangkal efek negatif penuaan.

Terganggunya proses otofagi dikaitkan dengan penyakit parkinson, diabetes melitus tipe 2, dan penyakit degeneratif lain. Sementara mutasi pada gen yang berperan pada otofagi berhubungan dengan kanker.

Menurut Yoshinori, saat ini peneliti muda, setidaknya di Jepang, cenderung ingin mendapatkan pekerjaan yang mapan dan takut mengambil risiko. Mayoritas memutuskan bekerja di bidang yang sudah populer dan mapan untuk mengejar jumlah publikasi ilmiah.

”Penelitian tidaklah mudah. Kerjakan apa yang membuatmu tertarik dan tidak banyak orang kerjakan,” ujarnya seperti dikutip titech.ac.jp, Desember 2012.

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Oktober 2016, di halaman 16 dengan judul "Jalan Sunyi Peneliti Biologi Sel".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com