"Faktanya, sebagian besar bahan bakar otak berasal dari glukosa. Tanpa karbohidrat, kita dapat merasa rendah energi, pusing, bingung, dan mudah tersinggung," ucap White.
Jika kita mulai merasa lelah atau sangat lapar setelah mengurangi atau menghindari asupan karbohidrat, penting untuk mendengarkan "alarm" tubuh kita.
Nah, agar kesehatan kita lebih terjaga, sebaiknya kita mengonsumsi lebih banyak serat dan karbohidrat rendah glisemik untuk energi tubuh seperti ubi jalar atau oatmeal.
Baca juga: Ahli: Diet Tinggi Serat dan Yogurt Bisa Kurangi Risiko Kanker Paru
Karbohidrat sangat diperlukan untuk energi, terutama bagi orang-orang yang memiliki aktivitas tinggi.
Jadi, mengurangi asupan karbohidrat hanya akan menguras cadangan energi dan membuat tubuh mudah lelah.
Mereka yang memiliki aktivitas tinggi sangat membutuhkan asupan karbohidrat yang baik untuk memberi tenaga dan menjaga energi mereka tetap stabil.
"Saya tidak akan merekomendasikan atlet atau siapa pun yang melakukan olahraga dengan intensitas tinggi untuk melakukan diet rendah karbohidrat," jelas White.
Protein adalah makronutrien yang sangat penting bagi tubuh kita. Protein juga bisa meningkatkan rasa kenyang dan mendorong pembakaran lemak lebih tinggi.
Sayangnya, mereka yang menerapkan diet rendah karbohidrat biasanya terlalu banyak mengonsumsi protein hewani.
Padahal, protein yang berlebihan akan membuat beberapa asam amino akan berubah menjadi glukosa melalui proses yang disebut glukoneogenesis.
Hal ini akan mencegah tubuh mengalami proses ketosis yang sangat penting dalam menurunkan berat badan.
Menurut beberapa ilmuwan, diet rendah karbohidrat yang diformulasikan dengan baik harus tinggi lemak dan protein sedang.
Demi mencapai tubuh ideal, sebaiknya kita mengonsumsi 50 hingga 175 gram protein setiap harinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.