Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Wanita Lebih Rentan Idap Penyakit Jantung, Kok Bisa?

Kompas.com - 05/01/2020, 21:00 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

Sumber Reuters

KOMPAS.com – Penyakit jantung dulu identik dengan penyakit bapak-bapak alias kaum pria. 

Namun, kini penyakit pembunuh nomor 1 di dunia ini jadi gangguan kesehatan yang tak pandang bulu. 

Siapa saja bisa terserang penyakit jantung. Anak-anak, remaja, sampai kaum wanita tak luput dari penyakit mematikan ini.

Mereka yang tak sanggup menjaga pola hidup sehat disinyalir lebih berisiko terkena penyakit kardiovaskular ini.

Baca juga: Mantan Istri Sule Meninggal, Bagaimana Penyakit Lambung dan Hipertensi Merenggut Nyawa?

Situasi berubah

Seiring Berjalannya waktu, pola serangan penyakit kardiovaskular tenyata mengalami pergeseran.

Jika dulu penyakit jantung lebih banyak membunuh kaum pria, kini penyakit ini lebih banyak merenggut nyawa wanita.

Melansir Time (1/4/2019), sebelum tahun 1987, penyakit jantung lebih banyak merenggut nyawa kaum pria daripada wanita.

Namun, kesenjangan angka tersebut perlahan mulai menyempit.

Pada tahun 2017, jumlah pria dan wanita meregang nyawa akibat penyakit jantung tercatat berada pada tingkat yang sama.

Baca juga: 3 Penyakit Jantung yang Rentan Dialami Wanita, Apa Saja?

Meningkatnya kematian wanita akibat penyakit jantung pada akhir 1980-an disinyalir karena periode tersebut kaum Hawa banyak yang terjun ke dunia kerja.

Selain juga menyelesaikan tanggung jawab domestik di rumah.

Sebagai konsekuensinya, perempuan kala itu mendapatkan tambahan stres, tekanan, dan tangangan hingga memicu sejumlah masalah kesehatan.

Salah satunya memantik serangan penyakit jantung.

"Mereka cenderung menempatkan diri sebagai yang terakhir dan kurang memperhatikan kebutuhan sendiri," kata Dr. Suzanne Steinbaum, Direktur Pencegahan Kardiovaskular, Kesehatan dan Kesejahteraan di Mount Sinai di New York.

Namun, ada ahli lain yang menyebut tidak ada bukti klinis wanita yang bekerja lebih rentan terkena serangan jantung daripada wanita yang tidak bekerja.

Pendiri Mayo Clinic Women's Heart Clinic di Amerika Serikat, Sharonne Hayes mengatakan, berdasarkan pengalamannya saat mengikuti pelatihan kardiologi di era 1980-an, penyakit jantung sangat jarang menyerang wanita.

Namun, faktanya saat ini satu dari tiga wanita di negaranya meninggal setiap tahun karena mengidap penyakit jantung.

Prevalensi itu jauh lebih tinggi dibandingkan penyebab kematian wanita karena kanker payudara, angkanya satu dari 30 wanita.

Baca juga: 5 Makanan yang Baik untuk Menurunkan Risiko Penyakit Jantung

Sulit didiagnosis

Penyebab lain banyak wanita meninggal akibat serangan jantung adalah karena gejalanya berbeda dengan kaum laki-laki.

Gejala penyakit jantung pada wanita lebih sulit didiagnosis, bahkan seringkali disalahartikan sebagai penyakit lain, seperti penyakit asam lambung (maag).

Diagnosis keliru itu mengakibakan penyakit jantung pada wanita tidak terdeteksi hingga tak terobati dengan baik.

Dr. Noel Bairey Merz, direktur Pusat Jantung Wanita Barbra Streisand Smidt Heart Institute di Cedars-Sinai, Los Angeles, Amerika Serikat, menjelaskan para wanita perlu tahu mereka sering memiliki gejala penyakit jantung yang berbeda dari kaum pria.

Wanita cenderung mengalami lebih banyak mual, muntah dan sesak napas daripada pria.
Tekanan atau sesak melalui dada yang dirasakan kaum wanita seringkali lebih halus daripada nyeri dada pria yang mengalami penyakit jantung

Jika para wanita mendapati dokter menganggap serius gejala yang dialami, mereka dianjurkan untuk menerima saran melakukan tes lebih lanjut.

"Wanita perlu memperhatikan tubuh mereka dan menjadi pendukung terbaik mereka sendiri," kata Bairey Merz.

"Wanita juga perlu mencari dokter yang akan memiliki waktu dan energi untuk mendengarkan," imbuh Bairey Merz. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com