Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Sering Minum Es Sebabkan Batuk dan Pilek?

Kompas.com - Diperbarui 09/11/2022, 11:54 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Es sering kali dijadikan kambing hitam ketika anak mengalami batuk pilek. Ini karena banyak orang Indonesia menganggap sering minum es bisa menyebabkan batuk pilek.

Pandangan tersebut salah satunya kerap kali dilontarkan oleh para orangtua ketika sedang memperingatkan anak mereka karena sudah terlalu banyak minum es.

Padahal, menurut dr. Dien Kalbu Ady dari RS PKU Muhammadiyah Surakarta, anggapan atau peringatan itu kurang benar.

Dia menyebut tidak ada korelasi langsung antara minum es dengan batuk pilek.

Baca juga: 2 Obat Batuk, Pilek, Demam Alami untuk Anak dan Bayi yang Praktis

Dien mengutarakan minum es atau makan makanan dingin hanya akan memperparah kondisi jika seseorang sudah terkena batuk pilek.

"Maka dari itu biasanya dokter akan memberikan edukasi bila sedang batuk pilek jangan minum es atau dingin," jelas Dien saat diwawancara Kompas.com, Rabu (22/1/2020).

Dien menerangkan batuk pilek atau common cold sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus ringan.

Menyerang saluran pernapasan atas

Virus itu menyerangan saluran pernapasan bagian atas, yakni hidung dan tenggorokan.

Menurut dia, infeksi virus penyebab batuk pilek dapat menyebar secara langsung lewat percikan lendir dari saluran pernapasan penderita.

"Seseorang yang sedang dalam kondisi daya tahan tubuh lemah, rentan baginya terkena gejala batuk pilek," jelas Dien.

Baca juga: Benarkah Vitamin C Bisa Mencegah atau Mengobati Batuk Pilek?

Dia menyebut, penularan batuk pilek juga bisa terjadi secara tidak langsung melalui sentuhan tangan ke benda yang telah terpapar virus.

Tanpa sadar, tangan tersebut kemudian menyentuh mulut atau hidung sehingga virus masuk masuk ke dalam tubuh.

Dien menerangkan minum atau makan dingin juga tidak membuat suhu tubuh turun.

Hal itu dikarenakan setiap minuman atau makanan yang masuk akan dinormalkan suhunya secara otomatis oleh tubuh.

"Tidak semua orang dengan mudah terkena penyakit. Hal itu sangat bergantung pada ketahanan tubuh masing-masing," jelas Dien.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau