Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/02/2020, 19:34 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Pilihan berpoligami oleh seorang pria memiliki sejumlah risiko kesehatan yang dapat menerpa pihak wanita, baik yang menjadi istri pertama maupun istri kedua atau selanjutnya.

Risiko kesehatan tersebut bukan hanya dapat menyerang dari sisi medis, melainkan juga sisi psikologis.

Sisi medis

Seksolog, dr. H. Boyke Dian Nugraha, Sp.OG, MARS, menerangkan dari sisi medis, seorang pria yang berganti pasangan dapat menyebabkan kanker rahim pada wanita pasangannya.

Baca juga: Waspada Kutil Kelamin (1): Gejalanya Kerap Tak Disadari

Risiko penularannya bahkan menjadi 4-5 kali lipat dibandingkan dengan pria yang hanya beristri satu.

Dia menegaskan bahwa poligami sama saja dengan berganti-ganti pasangan, meskipun resmi menikah.

Dalam buku Berbagai Suami: Fenomena Poligami di Indonesia yang disusun berdasarkan hasil wawancara dalam proses syuting dan setelah syuting film Berbagai Suami karya Kalyana Shira Films tahun 2006, Dokter Boyke, mengungkapkan perempuan yang dipoligami juga berisiko tertular penyakit kelamin.

Sebagai contoh, apabila istri pertama terkena keputisan, istri kedua bisa tertular juga. Begitu juga sebaliknya.

Direktur Utama Klinik Pasutr itu pun menyarankan para pasangan poligami yang tidak merencanakan memiliki anak, lebih baik menggunakan kondom dalam melakukan hubungan seks karena akan lebih aman bagi kedua pihak.

Sisi psiklogis

Menurut dia, wanita yang dipoligami mungkin akan merasa bersaing, cemburu, dan diperlakukan tidak adil sehingga akan sulit mengalami orgasme saat berhubungan badan.

Lebih parah lagi, jika perempuan tersebut mengalami stres, mereka mungkin bisa lebih cepat mengalami menopause.

Dokter Boyke berpendapat, selain rentan dengan penyakit, perempuan juga lebih peka perasaannya apabila dioligami.

Dia mengungkapkan, meski perempuan sudah mengutarakan rela dan ikhlas, ketidakrelaan akan pilihan suami melakukan poligami biasannya terungkap saat behubungan seks, ketika tidak dapat lagi mencapai orgasme.

Baca juga: Waspada Kutil Kelamin (2): Bisa Sebesar Melon dan Jadi Kanker

Keluhan yang sering diucapkan pasien poligami kepada Dokter Boyke yakni, “Dalam hati, mana ada sih, Dok, perempuan yang mau dipologami?”.

Rata-rata pasien menyatakan mereka mau dipoligami karena terpaksa, mengikuti aturan, atau faktor agama.

Pemeriksaan kesehatan

Dokter Boyke pun mengingatkan bahwa sebelum menikah kembali, pasangan yang hendak berpoligami disarankan lebih dulu melakukan pemeriksaan kesehatan, baik secara medis maupun psikologis.

Sementara setelah menikah lagi, baik suami maupun istri disarankan rutin memeriksakan diri ke dokter.

Menurut dia, para pria yang berpoligami seharusnya juga tak luput dari pemeriksaan. Mereka mungkin ingin memiliki stamina yang kuat, sehingga ada kalanya mengonsumsi obat kuat untuk melayani istri-istrinya.

Jika demikian, pemeriksaan pada suami bisa difokuskan pada jantung karena efek samping obat kuat.

Pria yang berpoligami juga kadang kala mengalami gangguan kejantanannya. Misalnya, mereka hanya berereksi pada istri yang lebih muda.

DIa menyarankan agar para pasangan poligami memeriksakan diri secara rutin ke dokter, termasuk pap net dua tahun sekali dan pap smear enam bulan sekali.

Sementara apabila istri, sudah berusia di atas 40 tahun, pemeriksaan harus lebih sering dilakukan karena mungkin sudah mulai mengalami gangguan hormonal.

Gairah yang meningkat

Dokter Boyke mengibaratkan gairah yang meningkat pada suami karena melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu istri seperti menyantap menu makanan yang berbeda-beda. Di mana, otomatis seleranya juga bertambah.

Baca juga: Waspada Kutil Kelamin (3): Belum Ada Pengobatan Sempurna, tapi Vaksin Mahal

Namun, dia mengungkapkan pengaaman selama bertemu para pasien dengan poligami di Klinik Pasutri.

Dokter Boyke mengatakan kebanyakan suami lebih banyak menghabiskan waktunya di istrinya yang lebih muda.

Hal ini bisa jadi logis dan sangat manusiawi sehingga menganggu istri-istri yang kalah cantik atau usianya lebih tua.

Dokter Boyke mengaku jika dimintai pertimbangan soal poligami dari pasien pria, dia akan selalu memulangkan pertanyaan tersebut kepada mereka.

Dia akan kembali bertanya, bagaimana rasanya jika suami dipoliandri?

Menurut Dokter Boyke, perasaan pria yang dipoliandri kurang lebih sama dengan wanita yang dipoligami.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau