Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/03/2020, 18:06 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan, di Indonesia TBC jamak dikenal sebagai penyakit tiga huruf, paru-paru basah, sampai flek paru.

Kuman TBC paling sering menyerang paru-paru. Tapi, penyakit ini juga bisa menjangkiti organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, otak, sampai kulit.

Baca juga: Waspada, 6 Tanda Tubuh Kekurangan Kalsium

Penderita TBC biasanya mengalami sejumlah gejala yang khas. Gejala TBC yang paling umum adalah batuk tak kunjung sembuh.

Penderita juga mengalami demam meriang berkepanjangan, sesak napas, nyeri dada, dan berkeringat di malam hari.

Selain itu, penderita TBC kehilangan nafsu makan dan berat badannya mengalami penurunan.

"Penderita TBC mengalami penurunan berat badan karena tubuhnya melawan penyakit kronis. Bisa juga efek penurunan nafsu makan," jelas dr. Andre Zaini, seperti dilansir dari SehatQ.

Nafsu makan juga menjadi indikator jika infeksi TBC sudah membaik.

Kebanyakan penderita TBC, berat badannya berangsur-angsur naik begitu proses pengobatan sudah tuntas.

Baca juga: Era Boba dan Mukbang, Pemenuhan Gizi Seimbang Milenial Kian Menantang

Memutus mata rantai lingkaran setan TBC dan gizi buruk

Penyakit TBC dan gizi buruk berkaitan erat. Keduanya saling memengaruhi.

Melansir laman resmi TB Facts, TBC bisa membuat malnutrisi semakin memburuk. Di sisi lain, malnutrisi membuat kondisi TBC jadi lebih buruk.

Malnutrisi atau kurang gizi terkait dengan kondisi tubuh seseorang yang dicukupi asupan gizi atau nutrisinya.

Kebanyakan penderita TBC, mengalami penurunan berat badan karena beberapa faktor.

Antara lain karena kehilangan nafsu makan, mual, dan sakit perut.

Baca juga: Anak Susah Makan Bikin Gizi Buruk, Atasi dengan 7 Cara Berikut

Kondisi tubuh yang tidak mendapatkan asupan gizi memadai tersebut rentan menurunkan kemampuan tubuh untuk melwan penyakit.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau