Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Teori untuk Mengungkap Dampak Buruk Film Kekerasan pada Anak-Anak

Kompas.com - 09/03/2020, 14:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Beberapa teori dapat memberikan pemahaman atas apa yang sebenarnya terjadi dalam diri anak-anak yang menyaksikan film atau tayangan kekerasan.

Sejumlah teori tersebut juga bisa dipahami untuk mengungkapkan sejauh mana gambar-gambar dalam tayangan kekerasan dapat memengaruhi pola pikir, pola rasa, dan pola tingkah laku seorang anak.

Beberapa terori yang bisa digunakan untuk mendedah hal tersebut, di antaranya yakni:

  1. Teori modeling dari Albert Bandura
  2. Teori Ekologi dari Brifenbrenner
  3. Teori identifikasi seperti yang dikemukakan Sigmund Freud

Berikut penjelasannya:

1. Teori modeling dari Albert Bandura

Bandura mengungkapkan, proses belajar pada seorang anak terjadi melalui peniruan (imitation) terhadap perilaku orang lain yang dilihat atau diobservasi.

Baca juga: Ini 11 Efek Buruk dari Suka Marah Selain Bikin Darah Tinggi

Anak mulanya melihat perilaku orang lain dan kemudian mengadopsi perilaku tersebut.

Untuk membuktikan teori tersebut, Albert Bandura, Dorothea Ross, dan Sheila A. Ross melakukan percobaan yang dikenal dengan Bobo doll experiment.

Penelitian tersebut dilaksanakan pada tahun 1961 dan 1963 untuk mengamati perilaku imiatasi atau meniru pada anak-anak terhadap perilaku agresif.

Bobo doll adalah nama sebuah boneka yang apabila dipukul akan berdiri lagi karena pada titik gravitasinya diberi cairan.

Pada tahun 1961, Bandura, dkk. telah membuat laporan eksperimennya dengan judul Transmission of Aggression Through Imitation of Aggressive Models.

Dalam eksperimen tersebut, Bandura dkk. menggunakan subjek 36 anak laki-laki dan 36 anak perempuan yang terdaftar dalam Standford University Nursery School.

Subjek memiliki umur antara 37 sampai 69 bulan, dengan rata-rata berumur 52 bulan. Eksperimen juga dilakukan dengan melibatkan 2 (dua) orang dewasa, satu laki-laki dan satu perempuan, yang akan berperan sebagai model terhadap anak-anak.

Subjek kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen berjumlah 48 anak dan kelompok kontrol berjumlah 24 anak.

Kelompok eksperimen lantas dibagi lagi menjadi 8 kelompok kecil yang terdiri dari 6 anak.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau