Hal ini penting karena spermatozoa tidak tahan panas dan juga tidak tahan dengan suhu tubuh terlalu dingin.
3. Epididimis
Epididimis merupakan saluran dengan panjang sekitar 45-50 cm yang menjadi tempat bertumbuh dan berkembangnya spermatozoa sehingga siap untuk melakukan pembuahan.
4. Kelenjar prostat
Kelenjar prostat adalah pembentuk cairan yang akan bersama-sama keluar saat ejakuasi dalam hubungan seksual.
Kelenjar ini berada di bagian dalam dan berfungsi membentuk cairan pendukung spermatozoa.
5. Vas deferens
Vas deferens adalah kelanjutan dari saluran epididimis yang dapat diraba dari luar.
Saluran inilah yang dipotong dan ditutup ketika pria melakukan kontrasepsi mantap sehingga tidak mungkin terjadi kehamilan pada pasangan.
Baca juga: Benarkah Pria Gemuk Cenderung Punya Penis Kecil?
Sistem hormonal pria yang kompleks sama dengan wanita. Tetapi tetap saja ada beberapa hal yang berbeda, yakni pada:
Secara singkat, dalam berhubungan seks, pria berperanan aktif untuk memberi rangsangan sehingga dapat menimbulkan keinginan seks pada wanita.
Rangsangan dapat berbentuk sentuhan halus di daerah erogen.
Dengan melakukan sentuhan halus, sebagian besar pria telah juga menimbulkan keinginan seks pada dirinya sendiri.
Dalam Buku Kehamilan (2019) karya Dr. Ayustawati, PhD, apabila senggama dilakukan tepat pada saat usia subur, beberapa sperma normalnya bisa berenang mencapai sel telur yang sudah matang di bagian tuba falopi.
Tapi, biasanya hanya ada satu sperma yang bisa menembus dinding sel telur dan membuahinya.
Baca juga: Mengenal Penyebab dan Cara Mudah Mengatasi Gatal pada Penis
Angka kesuburan pria mulai paling optimal mulai dari masa pubertas hingga usia di bawah 40 tahun.
Kemampuan reproduksi itu kemudian pelan-pelan menurun pada saat pria mencapai usia lebih dari 40 tahun sehingga keberhasilan kehamilan bisa menjadi lebih rendah.
Bahkan, bayi yang lahir dari ayah yang usianya di atas 40 tahun diketahui memiliki risiko lebih tinggi menderita masalah, seperti: