KOMPAS.com – Banyak orang mungkin tak menyukai sayur pare karena rasanya yang pahit.
Namun, di balik rasa kurang enak tersebut, sayur pare nyatanya termasuk bahan makanan yang kandungan gizinya tergolong tinggi.
Selain itu, pare juga mempunyai khasiat sebagai obat, sehingga tidak jarang dimanfaatkan sebagai bahan ramuan jamu oleh masyarakat.
Melansir Buku Khasiat & Manfaat Pare: Si Pahit Pembasmi Penyakit (2004) karya Dr. Tati S. S. Subahar & Tim Lentera, buah pare mengandung charantin dan alkaloid yang pahit, yakni momordisin.
Baca juga: Jangan Disepelekan, Ini 6 Manfaat Luar Biasa Konsumsi Bawang Putih
Momordisin banyak digunakan masyarakat untuk penyembuhan demam dan pengurus cacing kremi.
Bukan hanya momordisin, sayur pare diketahui memiliki lebih banyak lagi senyawa kimia yang juga bermanfaat bagi kesehatan.
Berikut senyawa kimia yang terkandung di bagian buah sayur pare:
Baca juga: 8 Manfaat Bawang Merah untuk Pengobatan
Kandungan banyak sekali senyawa kimia tersebut akhirnya membuat sayur pare memikiki berbagai manfaat kesehatan, sebagai berikut:
Manfaan pare sebagai antikanker, anti-HIV, antidiabetes, dan antioksidan dijelaskan dalam Buku The Miracle of Vegetables (2013) karya Farah Rizky, S.Gz.
Pare dianggap antikanker karena mengandung senyawa 15, 16-dihydroxy-1-eleoistearic, acid yang diekstrasi.
Menurut penelitian yang telah dilakukan, senyawa-senyawa ini telah mengiduksi apoptosis dari sel leukemia secara in vitro.
Baca juga: Bawang Merah Terbukti Ampuh Atasi Demam pada Anak, Ini Cara Kerjanya
Sementara, pare bisa dianggap memperlambat perkembangan virus HV pada orang yang terinfeksi karena di dalam sayur tersebut terkandung alpha-momorchin, beta-momorchin, dan MAP30.
Peranan pare dalam menghambat perubahan sel ini juga dipengaruhi oleh rasa pahit sayur itu yang mengandung cucurbitacin (momordikosida K dan L).
Sedangkan, manfaat pare bisa mencegah dan melawan penyakit diabetes mellitus tipe-2 telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan pada 1962 oleh Lolitkar dan Rao yang mengekstrasi suatu zat tumbuhan yang diberi nama charantin.
Zat ini memiliki efek hipoglikemik pada kelinci normal dan kelinci yang mengalami diabetes.