Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/04/2020, 10:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Sebagian orang masih mengira penyakit diabetes hanya terdiri dari satu jenis.

Dengan demikian, mereka pun pada akhirnya berpikir bahwa asal ada obat tertentu yang bisa menurunkan kadar gula darah, sudah cukup mengonsumsi obat tersebut dan kemudian menganjurkannya kepada orang lain.

Padahal, gula dalam darah bisa naik melalui beberapa cara.

Jadi, penting kiranya bagi siapa saja mengenal macam-macam penyakit diabetes.

Berdasarkan penyebab dan katakteristik kondisinya, diabetes bisa dibagi menjadi dua macam, salah satunya yakni diabetes tipe 2.

Baca juga: Kenali Gejala Khusus Diabetes Tipe 1

Dibetes tipe 2 lebih sering diderita

dr. Hans Tandra, Sp.PD-KEMD, dalam buku karyanya berjudul Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes (2017) menjelaskan, diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling sering dijumpai.

Bahkan, 90-95 persen penderita diabetes adalah tipe 2.

Penyakit diabetes tipe ini biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi bisa juga timbul pada usia di atas 20 tahun.

Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas insulinya buruk sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan gula ke dalam sel.

Akibatnya, gula dalam darah pun meningkat.

Penderita diabetes jenis ini biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya.

Tetapi, mereka memerlukan obat untuk memperbaiki fungsi insulin itu, termasuk menurunkan gula dan memperbaiki pengolahan gula di hati.

Baca juga: Benarkah Urine Penderita Diabetes Terasa Manis?

Selain karena kualitas insulin buruk, diabetes tipe 2 bisa terjadi karena sel-sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin sehingga gula tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya tertimbun dalam peredaran darah.

Keadaan tersebut umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau mengalami obesitas.

Sama halnya dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 juga memiliki nama lain, seperti non isnulin-dependent diabetes atau adult-onset diabetes.

Namun, kedua istilah ini juga kurang tepat karena diabetes tipe dua juga membutuhkan pengobatan dengan insulin dan bisa timbul pada usia remaja juga.

Gejala khusus diabetes tipe 2

Dalam Buku Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Mellitus (2014) karya Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S., dkk., dijelaskan sebagaian besar penderita diabetes tipe 2 tidak mengalami penurunan berat badan.

Bahkan, penderita diabetes jenis ini bisa tidak menunjukkan gejala-gejala selama beberapa tahun.

Jika kekurangan insulin semakin parah, akan timbul gejala berupa sering berkemih dan sering merasa haus, tetapi jarang ketoasidosis.

Baca juga: Penderita Diabetes Rentan Virus Corona, Begini Baiknya...

Ketoasidosis diabetikum adalah gejala pada penderita diabetes secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan.

Jika kadar gula darah sangat tinggi, sampai lebih dari 1.000 mg/dl, penderita biasanya akan mengalami dehidrasi berat yang bisa menyebabkan, antara lain:

  • Kebingungan mental
  • Pusing
  • Kejang
  • Koma hiperglikemik-hiperosmolar nonketotik

Penyababnya bisa jadi adalah stres, infeksi, atau obat-obatan.

Gejala lain yang mungkin ditimbulkan, antara lain:

  • Kesemutan
  • Gatal
  • Mata kabur
  • Impotensi pada pasien pria
  • Pruritus vulvae pada pasien wanita

Baca juga: 8 Gejala Awal Penyakit Diabetes

Pada penderita yang tidak begitu berat, peningkatan gula darahnya bisa tidak begitu mencolok sehingga harus dilakukan tes toleransi terhadap glukosa.

Tes ini berguna untuk mengetahui kemampuan tubuh dalam mengatur kadar gula darah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau