Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Trauma Masa Kecil dan Efeknya Bagi Fisik dan Mental

Kompas.com - 29/04/2020, 14:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Paparan kronis atau berulang terhadap kejadian buruk meningkatkan risiko masalah kesehatan yang berkelanjutan.

Anak-anak yang menyaksikan kekerasan berulang di lingkungan yang tidak aman, atau mereka yang dilecehkan, lebih cenderung memiliki trauma jangka panjang.

Baca juga: 5 Cara Atasi Toxic Parents Agar Tak Jadi Lingkaran Setan

Efek trauma masa kanak-kanak

Trauma masa lalu dapat berefek panjang bagi anak dan memengaruhi kesehatan fisik mereka.

Anak-anak yang mengalami peristiwa traumatis memiliki peluang lebih besar untuk mengalami gangguan kesehatan, seperti berikut:

  • kegelisahan
  • kanker
  • depresi.
  • diabetes.
  • penyakit jantung.
  • kegemukan.
  • gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
  • stroke.
  • penyalahgunaan zat.

Respon trauma

Respon trauma pada anak bisa terjadi lewat dua cara, yakni respon fisik dan emosional. Berikut penjelasannya:

- Respon fisik

Menurut Eshleman, tubuh merespon stres emosional dengan cara yang sama seperti tubuh merespon stres fisik. Respon tersebut bisa berupa peningkatan kadar protein atau hormon tertentu.

Setelah cedera kepala fisik seperti gegar otak, misalnya, kadar protein yang disebut S100B meningkat.

Kadar protein tersebut berpotensi meningkatkan peradangan yang berpotensi merusak di otak.

Para peneliti menemukan tingkat protein yang sama pada anak-anak yang mengalami trauma emosional.

Sementara itu, stres memengaruhi tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ketika sesuatu yang menakutkan terjadi, hormon stres membuat jantung berdetak kencang dan membuat tubuh mengeluarkan keringat dingin.

Jika hormon-hormon tersebut meningkat untuk waktu yang lama, hal ini dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh dan menyebabkan masalah kesehatan yang berkelanjutan.

- Respon emosional

Terkadang, stres atau trauma yang signifikan dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.

Orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang tidak diobati berisiko mengalami hal-hal berikut:

  • peningkatan risiko penyakit
  • tidak mampu membuat pilihan yang sehat, seperti mengunjungi dokter secara teratur atau makan dengan baik
  • cenderung melakukan hal-hal yang merusak tubuh, seperti mengonsumsi alkohol atau merokok.

Baca juga: Dyscalculia, Kelainan Belajar yang Membuat Anak Lemah dalam Matematika

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau