Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/09/2020, 18:10 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Stres telah terbukti memiliki efek nyata pada kesehatan fisik kita. 

Beberapa penelitian membuktikan stres menjadi pemicu utama terjadinya migrain, bahkan risiko terjadinya migrain akibat stres mencapai 60 hingga 70 persen.

Sebelum migrain menyerang, stres biasanya turut memicu gejala berikut:

  • sakit perut
  • ketegangan otot
  • kelelahan
  • nyeri dada
  • detak jantung cepat
  • kesedihan dan depresi
  • kurangnya dorongan seks.

Baca juga: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Beda Migrain dan Sakit Kepala

Migrain biasanya dimulai setelah satu atau dua hari setelah gejala tersebut terjadi. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Stres bisa dipicu oleh berbagai hal, baik berupa tekanan pekerjaan atau kehidupan pribadi. Saat stres,  tubuh memasuki mode pertahanan diri yang disebut mode "fight or flight" agar bersiap untuk melawan atau lari dari pemicu stres.

Kondisi tersebut membuat tubuh memproduksi bahan kimia tertentu, salah satunya adrenalin, yang menyebabkan berbagai perubahan di otak dan tubuh, termasuk ketegangan otot dan pelebaran pembuluh darah.

Bahan kimia yang diproduksi saat stres juga bisa diaktifkan di otak sehingga memicu serangan migrain. Stres juga dapat memperburuk migrain yang sudah ada.

Bagi mereka yang telah didiagnosis mengalami migrain, gejala bisa muncul setelah peristiwa stres berlalu. Kondisi ini disebut dengan tahap "let-down".  Migrain semacam ini sering terjadi pada akhir pekan atau di awal liburan saat segalanya sudah tenang.

Baca juga: Tak Hanya Turunkan Berat Badan, Ini Manfaat Tak Terduga Rutin Olahraga

Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Cara terbaik untuk mengatasi migrain yang disebabkan oleh stres adalah dengan melakukan relaksasi.

Selain itu, migrain juga bisa diatasi dengan konsumsi obat-obatan seperti ibuprofen, aspirin, asetaminofen, dan sejnenisnya.

Jika stres seringkali memicu migrain, dokter biasanya akan menyarankan konsumsi obat pencegah berupa:

  • beta-blocker, seperti propranolol
  • penghambat saluran kalsium, seperti verapamil (Calan, Verelan)
  • antidepresan, seperti amitriptyline atau venlafaxine (Effexor XR)
  • Antagonis reseptor CGRP, seperti erenumab-aooe (Aimovig)
  • Resep obat anti-inflamasi, seperti naproxen (Naprosyn), juga dapat membantu mencegah migrain dan mengurangi gejala.

Baca juga: Kecemasan Bisa Sebabkan Sakit Kepala, Begini Cara Mengatasinya

Namun, obat-obatan tersebut hanya bisa dikonsumsi saat kita menghadapi stres tingkat tinggi.

Untuk menurunkan risiko migrain akibat sres, kita juga bisa melakukan langkah berikut:

  • latihan relaksasi seperti yoga dan meditasi
  • istirahat yang cuku
  • cukup tidur
  • terapi pijat
  • rutin olahraga.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com