KOMPAS.com - Mengerjakan banyak hal sekaligus atau multitasking kini menjadi bagian dari keseharian banyak orang.
Sejumlah orang terbiasa makan sembari menonton serial, menjelajahi media sosial, sampai mengerjakan hal lainnya.
Ada juga yang mengerjakan tugas sembari bermain gim, mengikuti rapat, mengecek media sosial, atau mengasuh anak.
Sebelum membahas manfaat dan mudaratnya bagi kesehatan mental, simak pengertian mulititasking berikut.
Baca juga: Kenali 9 Tanda Pasangan Selingkuh Menurut Psikologi
Dilansir dari Verywell Mind, secara umum, multitasking adalah mengerjakan lebih dari satu kegiatan secara bersamaan.
Tak selalu harus bersamaan, mengerjakan lebih dari satu hal dalam waktu yang berdekatan juga bisa diartikan multitasking.
Selain itu, multitasking juga merujuk pada mengerjakan satu hal belum selesai, lantas berpindah mengerjakan hal lain, lalu kembali lagi menyelesaikan hal yang belum rampung.
Aktivitas yang membutuhkan kelincahan otak untuk konsentrasi mengerjakan beberapa hal sekaligus itu kini menjadi kelumrahan.
Bahkan, ada beberapa orang mengapresiasi konsep mulitasking karena dianggap lebih produktif.
Padahal, penelitian menunjukkan hasil sebaliknya. Multitasking justru menjadi bumerang bagi produktivitas.
Menurut studi, orang yang multitasting cenderung punya banyak kendala saat merampungkan sesuatu ketimbang orang yang hanya fokus mengerjakan satu hal.
Baca juga: 8 Ciri-ciri Orang Kreatif Menurut Psikologi Positif
Melansir Psychology Today, berikut beberapa bahaya multitasking:
Orang yang sering mengerjakan banyak hal sekaligus rentan mengalami penurunan kemampuan otak, khususnya terkait kontrol kognitif, motivasi, dan emosi.
Studi pada 2016 membuktikan, orang yang terbiasa multitasking cenderung punya masalah daya ingat, tertutama memori jangka panjang.
Kebiasaan multitasking membuat orang jadi susah fokus, atau perhatiannya mudah teralihkan. Multitasking membuat orang sulit membedakan mana gangguan yang penting dan tak penting.
Baca juga: 5 Alasan Kenapa Seseorang Susah Minta Maaf Menurut Psikologi
Kebiasaan multitasking saat menggunakan komputer atau gawai ternyata bisa menimbulkan stres kronis. Pasalnya, seseorang bisa mengalami banjir informasi, dibuat sibuk mencernanya, dan jadi stres.
Banyak orang yang sering multitasking mengalami gejala depresi dan gangguan kecemasan sosial.
Menurut studi, orang multitasking cenderung punya kemampuan kognitif yang lebih baik dalam mengintegrasikan informasi visual dan auditori.
Integrasi multisensori tersebut punya pengaruh positif pada kemampuan kognitif seseorang.
Baca juga: Membongkar Psikologi Kenapa Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi
Dari penjelasan di atas, multitasking memiliki lebih banyak dampak negatif ketimbang positif bagi kesehatan mental.
Untuk meminimalkan dampak negatif multitasking, seseorang disarankan untuk tidak mengerjakan terlalu banyak hal sekaligus.
Batasi mengerjakan atau membagi fokus maksimal untuk dua hal.
Alih-alih berpindah dari satu hal ke hal lain dalam hitungan menit, coba curahkan perhatian untuk satu hal setidaknya selama 20 menit.
Dengan jeda yang lebih lama tersebut, fokus otak tidak terus-menerus terpecah, dan memicu stres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.