KOMPAS.com - Kanker leher rahim atau kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang wanita.
Kanker serviks termasuk juga menjadi penyebab utama kematian karena penyakit kanker.
Di Indonesia sendiri dilaporkan setiap harinya ditemukan 41 kasus baru dan 20 kasus kematian yang disebabkan oleh kanker serviks.
Baca juga: 9 Cara Mencegah Kanker Serviks Saran Dokter Obgyn
Merangkum Medical News Today, penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV atau human papilomavirus yang menimbulkan perubahan perangai permukaan sel di serviks.
Dari sekian banyak HPV, diketahui hanya tipe HPV onkogenik tertentu yang paling sering menyebabkan kanker serviks, yakni HPV tipe 16 dan HPV tipe 18.
Penularan infeksi HPV ini dapat terjadi salah satunya karena hubungan seksual.
Risiko penularan virus kemudian menjadi meningkat bila wanita sering berganti-ganti pasangan seksual, perokok, dan telah terinfeksi HIV/AIDS maupun penyakit kelamin lainnya.
Penularan virus penyebab kanker serviks juga mudah terjadi pada wanita karena kekurangan asam folat serta zat-zat antioksidan seperti vitamin C dan vitamin A, termasuk pengguna KB hormonal jangka panjang.
Melansir Mayo Clinic, tingkat kematian wanita akibat kanker serviks selama ini terbilang cukup tinggi.
Hal itu sangat dipengaruhi oleh keterlambatan dalam deteksi kanker servik, sehingga penyakit baru diketahui setelah memasuki stadium lanjut atau kanker sudah menyebar.
Padahal, apabila ditemukan lebih cepat, peluang keberhasilan atas pengobatan pra-kanker dan kanker serviks akan jauh lebih besar.
Baca juga: 10 Penyebab Kanker Serviks yang Harus Diwaspadai
Itu mengapa para wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin kanker serviks setelah aktif berhubungan seks atau setidaknya sudah berusia lebih dari 21 tahun.
Berikut ini adalah beberapa cara deteksi dini kanker serviks yang bisa dilakukan:
1. Pap smear
Pap smear adalah teknik sitologi yang diperkenalkan dr. G. Papanicolaou dan dr. A Babel pada 1928.