KOMPAS.com - Gigi mati yang tak segera ditangani bisa menyebabkan infeksi dan saraf mati.
Gigi mati bisa terjadi karena adanya infeksi pada pulpa atau rongga dalam gigi yang bisa menyebabkan terhentinya suplai darah.
Biasanya, hal ini bisa terjadi karena adanya kerusakan dan cedera pada gigi.
Baca juga: Mengenali Penyebab Gigi Sensitif dan Cara Mengatasinya
Perubahan warna dan munculnya rasa nyilu bisa menjadi indikasi adanya gigi mati.
Gigi yang sehat biasanya bewarna putih meski warna gigi tiap orang berbeda-beda, tergantung dari pola makan yang mereka terapkan.
Namun, gigi yang mati akan nampak seperti gigi memar atau berubah warna menjadi hitam.
Gejala lain yang bisa mengindikasikan adanya gigi mati antara lain:
Trauma dan cedera pada gigi bisa memicu gigi mati. Selain itu, gigi mati bisa terjadi karena kebersihan mulut yang buruk.
Pasalnya, mulut yang kotor bisa membuat bakteri menumpuk dan melubangi enamel gigi.
Lambat laun, kerusakan tersebut bisa mencapai pulpa dan menyebabkan infeksi.
Pulpa yang terinfeksi bisa menghambat aliran darah dan menyebabkan gigi mati. Biasanya, pulpa yang terinfeksi juga bisa menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
Perawatan gigi mati biasanya dilakukan dengan dua cara, yakni ektraksi dan root canal.
1. Ekstraksi
Ektraksi biasanya dilakukan sebagai pilihan terakhir jika gigi yang mati benar-benar tidak bisa ditangani.
Biasanya, prosedur ini dilakukan dengan mencabut gigi yang mati. Setelah dicabut, dokter akan mengganti dengan gigi palsu atau implan.
2. Root canal
Root canal atau perawatan saluran akar bertujuan untuk membersihkan semua infeksi dari gigi dan akar.
Area tersebut kemudian dibersihkan dan ditutup rapat untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
Setelah infeksi sembuh, dokter gigi akan menambal gigi secara permanen.
Gigi yang mati masih dapat berfungsi setelah perawatan karena sebagian besar gigi masih utuh.
Baca juga: Berbagai Penyakit Akibat Malas Gosok Gigi dan Cara Mencegahnya
Untuk mencegah gigi mati, kita bisa melakukan langkah berikut: