KOMPAS.com – Mengalami kaki bengkak di masa akhir kehamilan merupakan sebuah kewajaran.
Di dunia medis, pembengkakan yang dialami ibu hamil yang biasanya terjadi di trimester ketiga atau usia kehamilan 7 bulan disebut dengan edema.
Edema salah satunya bisa terjadi ketika cairan berlebih terkumpul di jaringan otot, khususnya pergelangan kaki, telapak kaki, dan di telapak tangan.
Baca juga: 3 Penyebab Kaki Bengkak Saat Hamil dan Cara Mengatasinya
Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
Pengaruh eningkatan volume darah sebanyak 30 persen selama proses kehamilan
Dinding pembuluh darah kapiler yang lebih tipis akibat perubahan hormon selama wanita hamil, sehingga cairan dari dalam pembuluh darah akan keluar dan masuk ke jaringan di sekitarnya
Perubahan biokimiawi darah yang dapat mengakibatkan cairan di dalam pembuluh darah berpindah ke jaringan sekitarnya
Selan itu, edema juga bisa terjadi karena pengaruh janin atau rahim yang membesar selama masa kehamilan.
Di mana, rahim yang membesar dapat mengakibatkan desakan pada rongga pinggul yang terdapat pembuluh darah arteri maupun pembuluh darah balik dan pembuluh limpa.
Alhasil, aliran balik akan terbendung terutama pada saat posisi kaki tertekan dan menggantung, yakni saat duduk atau berdiri terlalu lama.
Baca juga: Untuk Ibu Hamil, Waspadai Penyakit Hirschsprung pada Bayi Baru Lahir
Meski terbilang normal, kaki bengkak saat hamil perlu diwaspadai ketika disertai dengan kondisi lain.
Melansir Buku Tetap Bugar dan Energik Selama Hamil (2010) oleh dr. Ova Emilia, M.Med,Ed., PhD., Sp.OG(K) & Harry Freitag, S.Gz, Dietisien, pembengkakan di bagian tubuh, termasuk kaki saat hamil dapat dikatakan wajar jika tidak disertai dengan peningkatan tekanan darah.
Namun, jika pembengkakan ini disertai dengan peningkatan tekanan darah, misalnya saja sistoliknya meningkat dari 100 mmHg menjadi 130 mmHg, ibu hamil perlu berhati-hati.
Pasalnya, kondisi ini dapat dijadikan pertanda bahwa ibu mengalami preeklamsia.
Preeklamsia adalah sejenis penyakit selama kehamilan yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria (kehadiran protein dalam urin secara berebihan).
Mengonsumsi obat-obatan yang memicu buang air kecl atau menjalani diet rendah garam belum tentu mampu memperbaiki preeklamsia.
Tindakan yang perlu ibu lakukan adalah banyak megonsumsi cairan sesuai dengan kebutuhan dan segera berkonsultasi dengan dokter.
Baca juga: Kenali 9 Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Semenatara, untuk mengantisipasi kondisi preeklamsia, ibu hamil akan lebih baik jika rutin mengecek tekanan darah selama masa kehamilan, bukan hanya saat mendapati kaki bengkak.
Merangkum Medical News Today, jika tidak ditangani, preeklamsia dapat menyebabkan banyak komplikasi, seperti:
Komplikasi preeklamsia bahkan bisa menyerang janin.
Berikut beberapa bahaya preeklamsia pada janin:
Baca juga: 7 Zat Gizi yang Sangat Dibutuhkan Ibu Hamil
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.