KOMPAS.com - Penyakit hirschsprung adalah suatu kondisi yang memengaruhi usus besar dan menyebabkan masalah saat buang air besar (BAB).
Kondisi ini muncul saat lahir (bawaan) akibat hilangnya sel saraf di otot usus besar bayi.
Bayi baru lahir yang menderita penyakit hirschsprung biasanya tidak bisa BAB pada hari-hari setelah lahir.
Baca juga: Kenali 9 Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Dalam kasus yang ringan, kondisi tersebut mungkin tidak terdeteksi sampai nanti di masa kanak-kanak.
Penyakit ini dinamai dokter Denmark abad ke-19 Harald Hirschsprung, yang menggambarkan kondisi tersebut pada tahun 1888.
Merangkum Mayo Clinic, tanda dan gejala penyakit hirschsprung dapat bervariasi pada masing-masing individu sesuai dengan tingkat keparahan kondisinya.
Biasanya tanda dan gejala muncul segera setelah lahir, tetapi terkadang tidak terlihat sampai di kemudian hari.
Biasanya, tanda yang paling jelas adalah kegagalan bayi baru lahir untuk BAB dalam waktu 48 jam setelah lahir.
Tanda dan gejala penyakit hirschprung pada bayi baru lahir lainnya, yakni:
Baca juga: Penyebab Diare pada Anak dan Cara Mengatasinya
Sedangkan pada anak yang lebih besar, tanda dan gejala penyakit hirschsprung dapat meliputi:
Diagnosa untuk penyakit hirschsprung ini ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan colok dubur dengan memasukkan jari tangan ke dalam anus menunjukkan adanya pengenduran pada otot rektum.
Pemeriksaan pendukung yang perlu dilakukan biasanya meliputi rontgen perut untuk melihat pelebaran usus besar yang terisi oleh gas dan tinja, kontras enema, manometri anus untuk mengukur tekanan sfingter anus dengan cara mengembangkan balon di dalam rektum, serta dilakukan biopsi rektum untuk melihat tidak adanya ganglion selel saraf.
Baca juga: 9 Cara Menjaga Kesehatan Sistem Pencernaan Secara Alami
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan penyakit hirschsprung.
Penyakit ini kadang-kadang terjadi dalam keluarga (riwayat keluarga) dan mungkin dalam beberapa kasus dikaitkan dengan mutasi genetik.