Dokter juga bisa memberikan oksigen tambahan, dan infus alfa-1-antitripsin jika pasien mengalami defisiensi bawaan.
Untuk mengurangi peradangan, dokter bisa memberikan enzim PDE4.
Banyak orang berpikir tidak ada manfaatnya berhenti merokok ketika sudah didiagnosis mengalami PPOK.
Faktanya, tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok.
"Bagaimanapun juga, berhenti merokok sangat efektif untuk memperlambat perkembangan penyakit," ucap Nicolakis.
Kerusakan paru-paru akibat PPOK memang bersifat kumulatif.
Dengan kata lain, berhenti merokok memang tidak bisa mengatasi kerusakan paru-paru yang sudah terlanjur terjadi.
Namun, menghentikan kebiasaan tersebut masih memiliki banyak manfaat.
Baca juga: Kanker Paru-Paru Mengintai Siapa Saja, Begini Cara Mencegahnya
Sesak napas, yang menjadi salah satu gejala PPOK, memang membuat kita sulit melakukan olahraga.
Namun, ada langkah lebih lanjut yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya.
Kita bisa meminta bantuan dokter untuk melatih teknik pernapsan, latihan, dan saran nutrisi yang tepat untuk mengelola gejala PPOK.
"Melakukan olahraga ringan tidak akan melukai paru-paru dan bisa mengurangi gejala PPOK,"ujar Nicolacakis.
Kita bisa melakukan olahraga selama 20 hingga 30 menit sebanyak tiga hingga empat kali seminggu.
Selain olahraga kardio, kita juga bisa melakukan peregangan dan latihan kekuatan.
Saat berolahraga, pastikan untuk menghembuskan olahraga secara perlahan.
Selain itu, lakukan olahraga setelah satu setengah jam usai makan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.