Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Penyebab Perlemakan Hati yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 17/10/2020, 10:31 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Hati biasanya mengandung lemak.

Namun, jika lemak menumpuk terlalu banyak, dapat menyebabkan penyakit perlemakan hati.

Artinya, hati tidak bisa lagi berfungsi normal.

Melansir Medical News Today, penyakit hati berlemak dapat terjadi bila ada lebih dari 5 persen lemak di hati.

Baca juga: 13 Gejala Perlemakan Hati yang Perlu Diwaspadai

Dokter terkadang menyebut penyakit pelemakan hati sebagai silent disease.

Ini karena seseorang dengan perlemakan hati mungkin tidak akan mengalami gejala apa pun, bahkan saat penyakitnya berkembang.

Namun, penyakit pelemakan hati bisa memperbesar ukuran hati.

Bila hal ini terjadi, dapat menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan di sisi kanan atas perut, yaitu area antara pinggul dan dada.

Gejala awal perlemakan hati antara lain bisa meliputi:

  • Kehilangan selera makan
  • Merasa mual atau muntah
  • Penurunan berat badan
  • Kelelahan

Jika mengalami berbagai gejala tersebut dan dicurigai disebabkan oleh penyakit perlemakan hati, akan lebih baik segera menemui dokter.

Baca juga: 11 Faktor Risiko Kanker Hati yang Perlu Diwaspadai

Penyebab perlemakan hati

Melansir Health Line, penyakit perlemakan hati dapat berkembang ketika tubuh memproduksi terlalu banyak lemak atau tidak memetabolisme lemak dengan cukup efisien.

Lemak berlebih dapat disimpan di sel hati, kemudian menumpuk dan menyebabkan penyakit perlemakan hati.

Penumpukan lemak ini bisa disebabkan oleh berbagai hal.

Apa saja itu?

1. Minum terlalu banyak alkohol

Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan penyakit perlemakan hati alkoholik atau alcoholic fatty liver disease (AFLD).

Ini adalah tahap pertama penyakit hati terkait alkohol.

2. Kegemukan hingga gula darah tinggi

Sementara itu, pada orang yang tidak banyak minum alkohol, penyebab pasti penyakit perlemakan hati masih kurang jelas.

Baca juga: 12 Gejala Kanker Hati yang Perlu Diwaspadai

Namun, satu atau lebih dari faktor berikut mungkin berperan menjadi penyebab perlemakan hati:

  • Kegemukan
  • Resistensi insulin
  • Kadar lemak yang tinggi, terutama trigliserida, dalam darah
  • Gula darah tinggi

3. Infeksi hingga efek samping obat

Jika penyakit perlemakan hati berkembang pada seseorang yang tidak minum banyak alkohol, dapat disebut sebagai penyakit perlemakan hati non-alkoholik atau non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD).

Beberapa penyebab perlemakan hati jenis ini yang kurang umum, termasuk:

  • Kehamilan
  • Penurunan berat badan yang cepat
  • Beberapa jenis infeksi, seperti hepatitis C
  • eEek samping dari beberapa jenis obat, seperti methotrexate (Trexall), tamoxifen (Nolvadex), amiodorone (Pacerone), dan valproic acid (Depakote)
  • Paparan racun tertentu

Gen tertentu juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan perlemakan hati.

Baca juga: Kanker Hati: Gejala, Penyebab, Faktor Risiko, dan Cara Mengobati

Cara mendiagnosis perlemakan hati

Perlemakan hati jenis NAFLD memiliki derajat berat yang berbeda.

Derajat ringan yang hanya berupa perlemakan hati dikenal dengan steatosis, sedangkan yang lebih berat dikenal dengan non alcoholic steatohepatitis (NASH).

Derajat perlemakan hati ini dapat menyebabkan peradangan atau inflamasi sel hati, bahkan kematian sel hati yang pada akhirnya bisa membentuk jaringan parut (fibrosis) hati.

Proses peradangannya dapat berlanjut dalam kurun 10—20 tahun dan menjadi pengerasan serta pengecilan hati yang sering dikenal dengan istilah sirosis.

Kondisi ini lebih lanjut dapat membuat kerusakan hati menjadi permanen, tak lagi berfungsi normal, bahkan menimbulkan kanker hati.

Baca juga: 9 Buah yang Mengandung Serat Tinggi

Oleh sebab itu, akan lebih baik jika penyakit perlemakan hati dapat diketahui secepatnya untuk menunjang proses pengobatan.

Untuk mendiagnosis perlemakan hati, dokter biasanya akan memeriksa riwayat kesehatan, melakukan pemeriksaan fisik, dan menganjurkan dilakukan satu atau lebih pemeriksaan penunjang.

Bagaimana saja langkahnya?

  • Riwayat kesehatan

Jika dokter mencurigai bahwa Anda mungkin memiliki perlemakan hati, kemungkinan besar mereka akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang:

  1. Riwayat kesehatan keluarga, termasuk riwayat penyakit hati
  2. Konsumsi alkohol Anda dan kebiasaan gaya hidup lainnya
  3. Kondisi medis apa pun yang mungkin Anda miliki
  4. Obat apa pun yang mungkin Anda minum
  5. Perubahan terbaru dalam kesehatan Anda

Jika Anda sering merasa lelah, kehilangan nafsu makan, atau gejala lain yang tidak dapat dijelaskan, beri tahu dokter.

  • Pemeriksaan fisik

Untuk memeriksa kemungkinan adanya peradangan hati, dokter mungkin akan meraba atau menekan perut Anda.

Baca juga: 5 Makanan Penyebab Kanker yang Harus Diwaspadai

Jika hati Anda membesar, mereka mungkin bisa merasakannya.

Namun, hati Anda mungkin saja meradang tanpa membesar.

Dokter mungkin tidak dapat mengetahui apakah hati Anda meradang dengan sentuhan.

  • Tes darah

Dalam banyak kasus, penyakit perlemakan hati didiagnosis setelah tes darah menunjukkan peningkatan enzim hati.

Misalnya, dokter mungkin akan menyarankan Anda melakukan alanine aminotransferase test (ALT) dan aspartate aminotransferase test (AST) untuk memeriksa enzim hati Anda.

Tes ini mungkin disarankan jika Anda telah mengembangkan tanda atau gejala penyakit hati, atau mungkin dianjurkan sebagai bagian dari pemeriksaan darah rutin.

Baca juga: 9 Cara Mencegah Kanker Serviks Saran Dokter Obgyn

Enzim hati yang meningkat adalah tanda peradangan hati.

Penyakit perlemakan hati adalah salah satu penyebab potensial peradangan hati, tetapi ini bukan satu-satunya.

Jika Anda dites positif untuk peningkatan enzim hati, dokter kemungkinan akan menganjurkan tes tambahan untuk mengidentifikasi penyebab peradangan.

  • Tes pencitraan medis

Dokter mungkin menggunakan satu atau lebih dari tes pencitraan medis berikut untuk memeriksa kelebihan lemak atau masalah lain dengan hati Anda:

  1. Pemeriksaan USG
  2. CT scan
  3. Pemindaian MRI

Dokter mungkin juga memesan tes yang dikenal sebagai elastografi transien yang dikendalikan getaran (VCTE, FibroScan).

Tes ini menggunakan gelombang suara frekuensi rendah untuk mengukur kekakuan hati. Ini dapat membantu memeriksa jaringan parut.

Baca juga: Dokter Sebut Ubah Warna Kulit Jadi Putih Bisa Picu Kanker Kulit

  • Biopsi hati

Biopsi hati dianggap sebagai cara terbaik untuk menentukan tingkat keparahan penyakit hati.

Selama biopsi hati, dokter akan memasukkan jarum ke dalam hati Anda dan mengangkat sepotong jaringan untuk diperiksa.

Mereka akan memberi Anda anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit.

Tes ini dapat membantu menentukan apakah Anda menderita penyakit perlemakan hati atau tidak, serta jaringan parut pada hati.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Dokter Beri Alasan Cukup Tidur untuk Orang Dewasa Sangat Penting
Health
Menyibak Masa Depan Rawat Inap Standar di Rumah Sakit
Menyibak Masa Depan Rawat Inap Standar di Rumah Sakit
Health
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
79 Persen Wilayah Indonesia Bebas Malaria, Menkes Optimistis Eliminasi Kasusnya
Health
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Prevalensi Anemia Defisiensi Besi pada Anak Tinggi, IDAI Sebut Ini Efeknya…
Health
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Pengobatan Penyakit Sel Sabit: Ada Obat Harian dan Terapi Gen
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Kenali Gejala Awal dan Tanda Darurat Penyakit Sel Sabit
Health
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Dokter Peringatkan Kurang Tidur Bisa Sebabkan Hipertensi
Health
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Hari Sel Sabit Sedunia: Mutasi Genetik Jadi Akar Penyebab Penyakit Sel Sabit
Health
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
IDAI: Anemia Bisa Rusak Otak Anak dan Turunkan Kecerdasan, Ini Langkah Pencegahannya
Health
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Kepala BGN: MBG Jadi Solusi Anak Bisa Minum Susu dan Makan Bergizi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau