Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Optimalisasi Pencegahan dan Pelayanan Pengobatan Penyakit Tidak Menular di Masa Pandemi

Kompas.com - 18/10/2020, 10:30 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Di tengah masa pandemi, pelayanan penyakit tidak menular (PTM) juga menjadi bagian penting.

Penyakit tidak menular, termasuk penyakit kardiovaskular, kanker, pernapasan kronis, diabetes, dan gangguan mental, telah mengakibatkan lebih dari 70 persen kematian di dunia.

Tak hanya itu, penyakit tidak menular juga menimbulkan beban finansial dan sosial yang sangat besar di berbagai negara (baik yang berpenghasilan tinggi, menengah, maupun rendah).

Di Indonesia, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2016, dilaporkan bahwa angka kematian di Indonesia sebesar 1.863.000 jiwa, di mana 35 persen dari angka tersebut disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.

Dengan terjadinya pandemi COVID-19, bukan tidak mungkin kondisi ini dapat semakin parah.

Maka dari itu, selain menjalankan protokol kesehatan COVID-19, penting pula untuk tetap memperhatikan upaya optimalisasi pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM.

Baca juga: Suar Muntah Darah, Kisah Dahlan Iskan Menjadi Penyintas Kanker Hati

Optimalisasi pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM

Menurut Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP(K), Dewan Penasihat & Dewan Etik Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), PTM seperti penyakit kardiovaskular terus menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia.

Hal ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19 yang telah mengganggu upaya pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM di berbagai negara, termasuk Indonesia.

"Perlu ada upaya untuk terus melanjutkan penyediaan layanan kesehatan esensial dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan PTM, khususnya penyakit kardiovaskular," ucapnya, dalam acara Media Health Forum yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (17/10/2020).

Sebagai langkah awal, Anwar merekomendasikan penerapan metode skrining dan pengintegrasian pelayanan kesehatan secara komprehensif dalam mencegah PTM.

"Oleh karena itu, penerapan kebijakan, penanganan kesenjangan dalam praktik klinis, dan pemberdayaan masyarakat harus diprioritaskan," tambahnya.

Anwar juga mengatakan keterlibatan pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar juga berperan penting dalam mencapai kesinambungan dan keberhasilan perawatan PTM.

Tantangan sektor kesehatan di masa pandemi

Dr. dr. Lia G. Partakusuma, Sp.PK, MM, MARS, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), juga mengatakan hal yng sama.

Menurutnya, Pandemi Covd-19 telah membuat, layanan kesehatan pun ikut terdampak hingga menjadikan PTM, terutama penyakit kardiovaskular, sebagai salah satu ancaman kesehatan terbesar bagi masyarakat dalam jangka panjang.

Kondisi tersebut diperburuk dengan terbatasnya ruang gerak masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Namun, berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia telah melakukan ragam upaya untuk menjaga kontinuitas pelayanannya, terutama bagi pasien PTM.

"Salah satu upaya untuk memastikan layanan pasien PTM terus berlanjut di tengah pandemi adalah dengan memanfaatkan teknologi telehealth yang memungkinkan konsultasi jarak jauh antara pasien dan dokter secara daring," ucap Lia.

Menurutnya, pemanfaatan teknologi dalam sektor kesehatan telah membuka akses bagi pasien dari seluruh daerah di Indonesia untuk tetap dapat meneruskan program pengobatannya tanpa harus datang ke Rumah Sakit.

"Dengan kemajuan teknologi informasi, pasien masih bisa berkomunikasi langsung dengan Dokternya, serta mendapatkan arahan tata laksana sesuai kebutuhan dan kondisi pasien," tambahnya.

Namun bila terdapat gejala yang berat, Lia menyarankan pasien agar mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat secepat mungkin tanpa melupakan protokol kesehatan COVID-19.

Baca juga: Yang Terjadi Pada Tubuh saat Kita Tidur

Pemanfaatan teknologi untuk sektor kesehatan

Adanya pandemi juga telah menciptakan ‘infodemik’, dimana informasi yang beredar seringkali terlalu banyak dan membingungkan, sehingga bisa menimbulkan menimbulkan stigma, misinformasi dan bahaya kesehatan fisik serta mental.

Untuk itu, Pfizer berkolaborasi dengan American College of Cardiology (ACC) menghadirkan NCD Academy.

NCD Academy adalah sebuah platform berbasis web interaktif dan user-friendly (mudah digunakan) yang dirancang untuk menyediakan edukasi bagi para profesional di bidang kesehatan, seperti dokter umum, internis, perawat, dan lain-lain, agar mereka mampu melakukan pencegahan dan pelayanan pengobatan PTM secara lebih baik.

NCD Academy yang dibentuk di atas Global Prevention Programs serta diluncurkan oleh Pfizer dan American College of Cardiology (ACC) bersama NCD Alliance pada tahun 2016.

Hingga kini, NDC Academy telah menyelenggarakan 44 seminar daring (6 diantaranya sudah dilakukan di Indonesia), sekaligus menyediakan sains, teknologi, sumber daya, dan materi edukasi atau modul kepada lebih dari 70.000 dokter di 9 negara untuk mengatasi penyakit kardiovaskular dan memperkuat praktik terbaik dalam merawat pasien.

Baca juga: Infeksi Norovirus: Gejala, Komplikasi, Cara Mencegah, dan Mengatasinya

Program ini telah menjangkau 230 juta pasien di Cina, Rusia, Argentina, Meksiko, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Malaysia, Indonesia, dan Vietnam.

"NCD Academy juga memastikan bahwa platform online ini dilengkapi dengan edukasi yang memadai untuk para tenaga kesehatan profesional.” ucap Satria Surjati, General Manager Upjohn Division, Pfizer Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau