Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/10/2020, 21:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Urusan ranjang bagi sebagian orang adalah privasi dan sangat rahasia. Ini membuat banyak orang malu mengungkapkan jika ada masalah pada kondisi hubungan seksual yang dihadapi.

Sayangnya, hal ini justru memicu keterlambatan penanganan.

Salah satu masalah yang kerap bikin orang bungkam mengenai kondisi hubungan seksualnya adalah hiperseks.

Baca juga: Tak Bisa Disepelekan, Hiperseks Pengaruhi Kesehatan dan Kehidupan

Hiperseks sendiri merupakan obsesi berlebihan terhadap seks, yang tak jarang dianggap sebagai gangguan kejiwaan.

Ini merupakan keasyikan berlebihan dengan fantasi, dorongan, atau perilaku seksual yang sulit dikendalikan.

Dikutip dari Mayo Clinic, kondisi ini kerap membuat tertekan dan berdampak negatif pada kesehatan, pekerjaan, hubungan dengan pasangan, atau kehidupan lain.

Pada kondisi tertentu, orang yang mengalami hiperseks mungkin terlibat dalam aktivitas seperti pornografi, prostitusi, masturbasi, dan masih banyak lagi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan kondisi ini dalam gangguan perilaku seksual kompulsif.

Melansir dari Psychology Today, beberapa peneliti cenderung melihat hiperseks sebagai masalah pengaturan perilaku. Tapi, beberapa ahli lainnya justru berpikir bahwa kondisi ini merupakan masalah kontrol impuls.

Pada tahun 2010, American Psychiatric Association merilis draf, kriteria awal yang dapat mendefinisikan "kecanduan seks", yang secara resmi disebut Gangguan Hiperseksual.

Gangguan hiperseksual hanya dapat didiagnosis pada orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih, menurut kriteria draf.

Baca juga: 13 Makanan untuk Meningkatkan Gairah Seks

Dilansir dari Psych Central, gejala Gangguan Hiperseksual adalah:

1. Selama periode setidaknya enam bulan, seseorang mengalami fantasi seksual yang berulang dan intens, dorongan seksual, dan perilaku seksual sehubungan dengan empat atau lebih dari lima kriteria berikut:

  • Waktu yang berlebihan dihabiskan oleh fantasi dan dorongan seksual, dan dengan merencanakan dan terlibat dalam perilaku seksual.
  • Terlibat secara berulang-ulang dalam fantasi, dorongan, dan perilaku seksual ini sebagai respons terhadap keadaan suasana hati disforik (misalnya, kecemasan, depresi, kebosanan, mudah tersinggung).
  • Berulang kali terlibat dalam fantasi, dorongan, dan perilaku seksual sebagai respons terhadap peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.
  • Upaya berulang tetapi tidak berhasil untuk mengontrol atau secara signifikan mengurangi fantasi, dorongan, dan perilaku seksual ini.
  • Berulang kali terlibat dalam perilaku seksual sambil mengabaikan risiko bahaya fisik atau emosional bagi diri sendiri atau orang lain.

2. Orang tersebut mengalami tekanan atau gangguan pribadi yang signifikan secara klinis dalam bidang fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya yang terkait dengan frekuensi dan intensitas fantasi, dorongan, dan perilaku seksual ini.

3. Fantasi, dorongan, dan perilaku seksual ini bukan karena efek fisiologis langsung dari obat-obatan atau pengobatan, atau karena Episode Manic.

Baca juga: 9 Penyebab Gairah Seks pada Wanita Turun dan Cara Mengatasinya

Beberapa aktivitas yang mungkin terlibat dalam kondisi gangguan hiperseks termasuk:

  • Onani
  • Pornografi
  • Perilaku Seksual dengan Persetujuan bagi Orang Dewasa
  • Cyberseks
  • Telepon Seks
  • Klub Telanjang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau