Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Alasan Konsumsi Gula Berlebihan Buruk untuk Kesehatan

Kompas.com - 28/11/2020, 18:05 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Pedoman diet sehat menyarankan kita untuk membatasi kalori dari tambahan gula hingga kurang dari 10 persen per hari.

Kira-kira itu setara dengan asupan 50 gram atau 4 sendok teh gula per hari.

Sayangnya, kadang-kadang kita tak menyadari bahwa gula tidak hanya bisa diasup dari konsumsi gula dapur atau gula pasir.

Baca juga: 5 Penyakit Akibat Konsumsi Gula Berlebih, Tak Hanya Diabetes

Banyak makanan dan minuman yang kita konsumsi terkadang sudah mengandung kadar gula tinggi.

Hal itu pun bisa menyebabkan kita mengonsumsi gula berlebih.

Padahal jika konsumsi gula berlebih terus dilakukan, bisa menimbulkan malapetaka bagi tubuh.

Berikut ini adalah beragam alasan konsumsi gula berlebih buruk bagi kesehatan:

1. Sebabkan berat badan naik

Mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan, terutama dari minuman manis dapat meningkatkan risiko penambahan berat badan.

Melansir Health Line, minuman yang dimaniskan dengan gula seperti soda, jus, dan teh manis sarat dengan fruktosa, sejenis gula sederhana.

Mengonsumsi fruktosa dapat meningkatkan rasa lapar dan keinginan Anda untuk makanan lebih dari glukosa, jenis gula utama yang ditemukan dalam makanan bertepung.

Selain itu, konsumsi fruktosa yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi terhadap leptin, hormon penting yang mengatur rasa lapar dan memberi tahu tubuh Anda untuk berhenti makan.

Baca juga: Tak Bisa Asal Manis, Berapa Idealnya Batas Konsumsi Gula Per Hari?

Dengan kata lain, minuman manis tidak mengendalikan rasa lapar Anda, membuatnya mudah untuk mengonsumsi banyak kalori cair dengan cepat. Ini dapat menyebabkan penambahan berat badan.

Penelitian secara konsisten bahkan telah menunjukkan bahwa orang yang minum minuman manis, seperti soda dan jus, memiliki berat badan lebih tinggi daripada orang yang tidak melakukannya.

Selain itu, minum banyak minuman yang dimaniskan dengan gula dikaitkan dengan peningkatan jumlah lemak visceral, sejenis lemak perut bagian dalam yang terkait dengan kondisi seperti diabetes dan penyakit jantung.

2. Dapat meningkatkan risiko penyakit jantung

Diet tinggi gula telah dikaitkan dengan peningkatan risiko banyak penyakit, termasuk penyakit jantung yang penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia.

Bukti menunjukkan bahwa diet tinggi gula dapat menyebabkan obesitas, peradangan dan trigliserida tinggi, kadar gula darah, dan tekanan darah yang menjadi faktor risiko penyakit jantung.

Baca juga: 4 Gejala Penyakit Jantung Koroner yang Perlu Diwaspadai

Selain itu, mengonsumsi terlalu banyak gula, terutama dari minuman yang dimaniskan dengan gula, telah dikaitkan dengan aterosklerosis, penyakit yang ditandai dengan lemak, endapan penyumbatan arteri.

Sebuah studi pada 2014 di lebih dari 30.000 orang menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi 17-21 persen kalori dari tambahan gula memiliki risiko 38 persen lebih besar untuk meninggal akibat penyakit jantung, dibandingkan dengan mereka yang hanya mengonsumsi 8 persen kalori dari tambahan gula.

Untuk diketahui, hanya satu kaleng soda volume 473 ml sudah dapat mengandung 52 gram gula atau lebih dari 10 persen dari konsumsi kalori harian Anda berdasarkan diet 2.000 kalori.

Artinya, satu minuman manis sehari sudah dapat membuat Anda melebihi batas harian yang disarankan untuk tambahan gula.

3. Berhubungan dengan jerawat

Diet tinggi karbohidrat olahan, termasuk makanan dan minuman manis juga telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengembangkan jerawat.

Makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti permen olahan, meningkatkan gula darah Anda lebih cepat daripada makanan dengan indeks glikemik lebih rendah.

Baca juga: 10 Cara Menghilangkan Bopeng Bekas Jerawat Secara Alami

Makanan manis dengan cepat meningkatkan gula darah dan kadar insulin, menyebabkan peningkatan sekresi androgen, produksi minyak, dan peradangan, yang semuanya berperan dalam perkembangan jerawat.

Penelitian telah menunjukkan bahwa diet rendah glikemik dikaitkan dengan penurunan risiko jerawat, sementara diet glikemik tinggi dikaitkan dengan risiko yang lebih besar. 

Misalnya, sebuah penelitian pada 2012 terhadap 2.300 remaja menunjukkan bahwa mereka yang sering mengonsumsi gula tambahan memiliki risiko 30 persen lebih besar terkena jerawat.

Selain itu, banyak studi populasi telah menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan yang mengonsumsi makanan tradisional non-olahan memiliki tingkat jerawat yang hampir tidak ada, dibandingkan dengan daerah perkotaan yang berpenghasilan tinggi.

Penemuan ini bertepatan dengan teori bahwa diet tinggi olahan, makanan sarat gula berkontribusi pada perkembangan jerawat.

Baca juga: 10 Masker Alami untuk Menghilangkan Jerawat

4. Meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2

Prevalensi diabetes di seluruh dunia telah meningkat lebih dari dua kali lipat selama 30 tahun terakhir.

Meskipun ada banyak alasan untuk ini, ada hubungan yang jelas antara konsumsi gula yang berlebihan dan risiko diabetes.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau