Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/01/2021, 12:05 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Tetanus adalah infeksi serius yang dapat memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan otot di sejujur tubuh menegang.

Tak hanya itu, tetanus bahkan bisa menyebabkan kematain.

Melansir Medical News Today, jika penderita atau pasien tetanus tidak menerima pengobatan, risiko komplikasi yang mengancam jiwa lebih tinggi dan angka kematian bervariasi dari 40 hingga 76 persen.

Baca juga: 5 Ciri-ciri Tetanus yang Perlu Diwaspadai

Komplikasi tetanus yang dapat terjadi, termasuk:

  • Patah tulang: Kadang-kadang, dalam kasus yang parah, kejang otot dan kejang dapat menyebabkan patah tulang
  • Pneumonia aspirasi: Jika sekresi atau isi perut terhirup, infeksi saluran pernapasan bagian bawah dapat berkembang, yang menyebabkan pneumonia
  • Laringospasme: Kotak suara mengalami kejang yang dapat berlangsung hingga satu menit dan menyebabkan kesulitan bernapas. Dalam kasus yang parah, pasien bisa mati lemas
  • Kejang tetanik: Jika infeksi menyebar ke otak, penderita tetanus dapat mengalami kejang
  • Emboli paru: Pembuluh darah di paru-paru dapat tersumbat dan memengaruhi pernapasan dan sirkulasi. Pasien akan sangat membutuhkan terapi oksigen dan obat anti pembekuan
  • Gagal ginjal parah (gagal ginjal akut): Kejang otot yang parah dapat menyebabkan kerusakan otot rangka yang dapat menyebabkan protein otot bocor ke dalam urin. Ini dapat menyebabkan gagal ginjal yang parah

Hampir semua kasus tetanus terjadi pada orang yang belum pernah divaksinasi atau orang dewasa yang tidak mendapatkan suntikan penguat tetanus 10 tahun sekali untuk memastikan kekebalan.

Jika Anda termasuk kelompok orang tersebut, kiranya penting untuk mewaspadai beragam penyebab tetanus sebagai langkah antisipasi terkena penyakit ini.

Baca juga: 5 Cara Mengompres yang Benar Agar Demam Anak Cepat Turun

Penyebab tetanus

Melansir Health Line, penyebab tetanus pada dasarnya adalah bakteri yang disebut Clostridium tetani.

Spora bakteri ini dapat ditemukan antara lain di debu, tanah, dan kotoran hewan.

Spora adalah badan reproduksi kecil yang diproduksi oleh organisme tertentu.

Spora sering kali tahan terhadap kondisi lingkungan yang keras, seperti panas tinggi.

Seseorang dapat terinfeksi tetanus ketika spora bakteri Clostridium memasuki aliran darah melalui luka lecet atau luka yang dalam.

Spora bakteri kemudian menyebar ke sistem saraf pusat dan menghasilkan racun yang disebut tetanospasmin.

Baca juga: 16 Penyakit pada Manusia yang Disebabkan oleh Virus

Racun ini adalah racun yang dapat menghalangi sinyal saraf dari sumsum tulang belakang ke otot.

Hal itu dapat menyebabkan kejang otot yang parah.

Cara umum tertular tetanus meliputi:

  1. Crush injury, yakni cedera yang terjadi ketika bagian tubuh terhimpit atau mendapat tekanan kuat dari benda berat, misalnya karena kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan kerja, bencana alam, kejatuhan benda di kaki, hingga jari terjepit di puntu
  2. Luka yang termasuk jaringan mati
  3. Luka bakar
  4. Luka tusuk dari tindikan, tato, penggunaan narkoba suntikan, atau cedera seperti menginjak kuku
  5. Luka yang terkontaminasi kotoran, feses, atau air liur

Sedangkan cara tertular tetanus yang lebih jarang terjadi, meliputi:

  • Gigitan hewan
  • Infeksi gigi
  • Gigitan serangga
  • Luka kronis dan infeksi
  • Prosedur operasi
  • Penggunaan obat intravena
  • Suntikan ke otot

Baca juga: 14 Penyebab Nyeri Bahu dan Cara Mengobatinya

Perlu diingat, tetanus tidak menular dari orang ke orang.

Infeksi terjadi di seluruh dunia, tetapi lebih sering terjadi di daerah beriklim panas dan lembab dengan tanah yang subur.

Infeksi tetanus juga lebih umum di daerah padat penduduk.

Diagnosis tetanus

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa gejala tetanus, seperti otot kaku dan kejang yang menyakitkan.

Tidak seperti banyak penyakit lainnya, tetanus pada umumnya tidak didiagnosis melalui tes laboratorium.

Namun, dokter mungkin masih melakukan tes laboratorium untuk membantu menyingkirkan penyakit dengan gejala serupa. Ini termasuk meningitis, infeksi bakteri yang memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang, atau rabies, infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan otak.

Baca juga: Kapan Harus Pergi ke Dokter Saat Diare?

Dokter juga akan mendasarkan diagnosis tetanus pada riwayat imunisasi.

Seseorang berisiko lebih tinggi terkena tetanus jika belum diimunisasi atau jika terlambat mendapatkan suntikan penguat.

Cara mengobati tetanus 

Perawatan tetanus tergantung pada tingkat keparahan gejala tenanus atau ciri-ciri tetanus yang dialami.

Tetanus biasanya diobati dengan berbagai terapi dan pengobatan, seperti:

  • Antibiotik seperti penisilin untuk membunuh bakteri di sistem
  • Tetanus immune globulin (TIG) untuk menetralkan racun yang telah dibuat oleh bakteri di dalam tubuh
  • Pelemas otot untuk mengontrol kejang otot
  • Vaksin tetanus yang diberikan bersamaan dengan pengobatan
  • Membersihkan luka untuk menghilangkan sumber bakteri

Dalam beberapa kasus, prosedur pembedahan yang disebut debridement dapat digunakan untuk mengangkat jaringan mati atau terinfeksi.

Jika seseorang dengan tetanus mengalami kesulitan menelan dan bernapas, mereka mungkin memerlukan tabung pernapasan atau ventilator, yakni mesin yang memindahkan udara masuk dan keluar dari paru-paru.

Baca juga: 10 Penyebab Leher Sakit dan Cara Mengatasinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Minum Air Putih Terlalu Banyak Bisa Berbahaya, Ini Rekomendasi Jumlah Aman Tiap Hari
Health
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Pakar Gizi BGN: Menu MBG Wajib Sesuai AKG dan Keanekaragaman Pangan
Health
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
5 Faktor Risiko Pengapuran Lutut: Bisa Terjadi Sebelum Tua jika Diabaikan
Health
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
1 dari 3 Orang Dewasa di Indonesia Derita Hipertensi Tanpa Disadari
Health
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Studi: Konsumsi Pornografi Berlebihan Bisa Ubah Fungsi Otak dan Ganggu Pikiran
Health
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Anak 12 Tahun Peserta JKN Meninggal Setelah Ditolak RSUD, Ini Tanggapan BPJS…
Health
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Dokter: Cukup Tidur Bisa Jadi Cara untuk Mencegah Stroke
Health
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Sering Pakai Earbuds? Waspadai Risiko Iritasi, Infeksi, hingga Penumpukan Kotoran Telinga
Health
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
6 Gejala Pengapuran Lutut yang Sering Diabaikan, Dampaknya Bisa Melumpuhkan
Health
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Ini Fakta Pentingnya Mengelola Stres dengan Baik
Health
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
5 Gejala Anemia pada Anak: IDAI Ingatkan Orang Tua untuk Cermat
Health
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Studi: Paparan Nikel Picu Cacat Lahir dan Gangguan Otak pada Anak
Health
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
6 Penyebab Anemia pada Anak: Kekurangan Zat Besi dan Pola Makan Buruk Jadi Faktor Utama
Health
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Cara Mencegah Cacar Api dengan Vaksinasi hingga Gaya Hidup
Health
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Studi Baru Temukan Nutrisi Ini Bisa Turunkan Risiko Diabetes dan Penyakit Jantung
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau