Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Gejala Kekurangan Protein yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 09/05/2021, 12:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Dilansir dari Health Line, edema bisa menjadi gejala kekurangan protein yang parah (kwashiorkor).

Baca juga: 9 Gejala Kekurangan Vitamin B12 yang Perlu Diwaspadai

Edema salah satunya bisa terjadi karena jumlah albumin serum dalam tubuh rendah atau sedikit.

Albumin merupakan protein paling melimpah di bagian cairan darah atau plasma darah.

Salah satu fungsi utama albumin adalah untuk mempertahankan tekanan onkotik, yakni kekuatan yang menarik cairan ke dalam sirkulasi darah.

Dengan cara ini, albumin mencegah jumlah cairan yang berlebihan menumpuk di jaringan atau kompartemen tubuh lainnya.

Karena kadar albumin serum manusia berkurang, defisiensi protein yang parah bisa menyebabkan tekanan onkotik yang lebih rendah. Akibatnya, cairan menumpuk di jaringan sehingga menyebabkan pembengkakan.

Baca juga: 11 Makanan yang Mengandung Lemak Tinggi tapi Justru Menyehatkan

Untuk alasan yang sama, kekurangan protein dapat menyebabkan penumpukan cairan di dalam rongga perut. Perut tampak buncit adalah ciri khas dai kwashiorkor.

Perlu diingat bahwa edema adalah gejala kekurangan protein yang parah. Jadi jangan ragu untuk berbicara dengan dokter jika Anda mengalami edema.

5. Perlemakan hati

Gejala umum kwashiorkor lainnya adalah perlemakan hati (fatty liver) atau penumpukan lemak di sel hati.

Jika tidak diobati, perlemakan hati dapat berkembang menjadi penyakit perlemakan hati, menyebabkan peradangan, jaringan parut hati, dan memicu terjadinya gagal hati.

Perlemakan hati adalah kondisi umum pada orang gemuk, serta mereka yang banyak mengonsumsi alkohol.

Mengapa hal itu terjadi dalam kasus kekurangan protein tidak jelas. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan sintesis protein pengangkut lemak yang dikenal sebagai lipoprotein dapat berkontribusi pada kondisi tersebut.

Baca juga: 13 Gejala Perlemakan Hati yang Perlu Diwaspadai

6. Masalah kulit, rambut, dan kuku

Kekurangan protein sering kali dapat meninggalkan bekas pada kulit, rambut, dan kuku.

Seperti diketahui, kulit, rambut, dan kuku merupakan bagian tubuh yang sebagian besarnya terbuat dari protein.

Misalnya, kwashiorkor pada anak-anak bisa dideteksi dengan adanya kulit yang terkelupas atau pecah-pecah, kemerahan, dan bercak kulit yang rusak.

Rambut menipis, warna rambut pudar, rambut rontok (alopecia) dan kuku rapuh juga bisa menjadi gejala kwashiorkor.

Ingatlah bahwa kwashiorkor adalah kekurangan protein yang parah.

Jadi, masalah kulit, rambut, dan kuku tidak mungkin muncul kecuali Anda mengalami kekurangan protein yang parah.

Baca juga: 18 Makanan yang Mengandung Vitamin E Tinggi

7. Kehilangan massa otot

Otot Anda adalah sumber protein terbesar di tubuh Anda.

Ketika tidak tersedia asupan protein dari makanan, tubuh akan mengambil protein dari otot rangka untuk memelihara jaringan dan fungsi tubuh yang lebih penting. Akibatnya, kekurangan protein bisa menyebabkan pemborosan otot seiring waktu.

Bahkan kekurangan protein sedang dapat menyebabkan pengecilan otot, terutama pada orang tua.

Sebuah studi pada pria dan wanita lanjut usia (lansia) menemukan bahwa kehilangan otot lebih besar di antara mereka yang mengonsumsi protein dalam jumlah terendah.

Hal ini telah dikonfirmasi oleh penelitian lain yang menunjukkan bahwa peningkatan asupan protein dapat memperlambat degenerasi otot akibat usia tua.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com