KOMPAS.com - Riset yang diterbitkan dalam International Journal of Audiology membuktikan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 juga mengalami gejala tinnitus.
Tinnitus merupakan sekumpulan gejala dari beberapa kondisi kesehatan lain yang mendasari.
Dalam kebanyakan kasus, tinnitus adalah reaksi sensorineural di otak terhadap kerusakan di telinga dan sistem pendengaran.
Meskipun tinnitus sering dikaitkan dengan gangguan pendengaran, ada sekitar 200 gangguan kesehatan berbeda yang dapat menyebabkan tinnitus sebagai gejalanya.
Baca juga: Jangan Anggap Sepele, Stres Pada Anak Bisa Berakibat Fatal
Berikut beberapa hal yang bisa memicu tinnitus:
Gangguan pendengaran sensorineural biasanya disertai dengan tinitus.
Beberapa peneliti percaya bahwa tinitus tidak dapat terjadi tanpa adanya kerusakan sebelumnya pada sistem pendengaran.
Gangguan pendengaran bisa terjadi karena faktor usia. Biasanya, manusia mulai mengalami penurunan fungsi pendengaran di usia 60 tahun.
Karena itu, tinnitus kerap dialamioleh orang lanjut usia. Suara yang terlalu bising juga bisa memicu gangguan pendengaran.
Paparan terhadap suara keras, baik dalam satu pengalaman traumatis atau seiring waktu, dapat merusak sistem pendengaran dan mengakibatkan gangguan pendengaran dan terkadang juga tinitus.
Gangguan pendengaran yang dikaitkan dengan tinitus masih diselidiki oleh para peneliti.
Namun, hilangnya frekuensi suara tertentu menyebabkan perubahan spesifik dalam cara otak memproses suara.
Tinnitus mungkin merupakan cara otak untuk mengisi frekuensi suara yang hilang yang tidak lagi diterima dari sistem pendengaran.
Penyumbatan di liang telinga dapat menyebabkan penumpukan tekanan di telinga bagian dalam, yang memengaruhi fungsi gendang telinga.
Selain itu, benda yang menyentuh gendang telinga secara langsung dapat mengiritasi organ dan menimbulkan persepsi gejala tinitus.