KOMPAS.com - Sifilis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum.
Seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat menyebar melalui semua jenis kontak seksual.
Sifilis juga dapat menyebar dari ibu yang terinfeksi ke janin selama kehamilan atau ke bayi pada saat kelahiran.
Jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit ini bisa mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh.
Penyakit ini biasanya terjadi pada pria. Namun, bukan berarti wanita tidak bisa mengalaminya.
Baca juga: 7 Cara Mengatasi Susah BAB saat Hamil
Gejala sipilis pada pria dan wanita sama. Gejalanya juga cenderung berubah seiring waktu.
Bahkan jika gejalanya membaik, masih ada risiko Anda dapat menularkan infeksi atau mengalami masalah serius jika Anda tidak mendapatkan perawatan.
Pada tahap awal, sifilis bisa memicu gejala berupa munculnya luka kecil tanpa rasa sakit atau yang mungkin tidak Anda sadari.
Luka tersebut juga bisa memicu rasa sakit pada di penis, vagina, atau di sekitar anus, meskipun kadang-kadang bisa muncul di mulut atau di bibir, jari atau pantat.
Pada wanita hamil, sifilis yang tidak diobati bisa mengakibatkan risiko kematian janin hingga 40 persen.
Karena itu, semua wanita hamil harus melakukan tes skrining untuk mendeteksi sifilis pada saat konsultasi prenatal pertama.
Tes skrining biasanya diulang pada trimester ketiga kehamilan.
Jika bayi yang terinfeksi lahir dan bertahan hidup, mereka berisiko mengalami masalah serius termasuk kejang dan keterlambatan perkembangan. Untungnya, sifilis pada kehamilan dapat diobati.
Tanpa pengobatan, infeksi sifilis dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala apapun.
Sifilis yang tak ditangani juga bisa menyebar ke bagian tubuh lain seperti otak atau saraf.
Hal ini berpotensi menyebabkan masalah serius dan mengancam jiwa.
Baca juga: 12 Cara Mengatasi Perut Begah Secara Alami
Berikut berbagai komplikasi akibat sifilis yang tidak ditangani: