Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos atau Fakta, Olahraga Malam Bisa Menyebabkan Paru-paru Basah?

Kompas.com - 22/06/2021, 18:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Karena kesibukan kerja atau alasan lainnya, banyak orang tidak bisa secara rutin melakukan olahraga pada siang hari.

Orang-orang pun wajar jika kemudian berpikir ingin melakukan olahraga pada malam hari untuk menjaga tubuh tetap sehat dan membuat pikiran lebih rileks.

Tapi di Indonesia, telah lama muncul anggapan bahwa olahraga pada malam hari bisa menyebabkan penyakit paru-paru basah.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Tidur di Lantai Sebabkan Paru-paru Basah?

Apakah Anda pernah mendengar anggapan ini? Jika pernah, bagaimana tanggapan Anda? Apakah Anda sampai tidak jadi atau berhenti melakukan olahraga pada malam hari?

Benarkah olahraga malam bisa menyebabkan paru-paru basah?

Dalam berbagai sumber, olahraga baik itu dilakukan pada siang hari atau malam hari tidak dicantumkan sebagai faktor risiko maupun penyebab paru-paru basah.

Dilansir dari Mayo Clinic, paru-paru basah yang dalam bahasa medis disebut sebagai pneumonia ini biasanya disebabkan olah suatu infeksi atau peradangan.

Banyak kuman dapat menjadi penyebab pneumonia. Kuman yang paling umum adalah bakteri dan virus di udara yang kita hirup.

Tubuh kita biasanya bisa mencegah kuman ini menginfeksi paru-paru. Namun terkadang kuman ini dapat mengalahkan sistem kekebalan tubuh kita, meskipun kesehatan kita secara umum dalam kondisi baik.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Tidur Pakai Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

Berdasarkan jenis kuman yang menjadi penyebab dan di mana kita mendapat infeksi, pneumonia bisa dibagi menjadi beberapa jenis.

1. Pneumonia yang didapat dari komunitas

Pneumonia yang didapat dari komunitas adalah jenis pneumonia yang paling umum. Itu terjadi di luar rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.

Pneumonia ini mungkin disebabkan oleh:

  • Bakteri. Salah satu penyebab paling umum pneumonia bakteri adalah Streptococcus pneumoniae. Pneumonia jenis ini dapat terjadi dengan sendirinya atau setelah seseorang mengalami salesma atau flu. Ini dapat memengaruhi satu bagian (lobus) paru-paru, suatu kondisi yang disebut pneumonia lobar
  • Organisme mirip bakteri. Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan pneumonia. Ini biasanya menghasilkan gejala yang lebih ringan daripada jenis pneumonia lainnya. Pneumonia ini biasanya tidak cukup parah sampai memerlukan istirahat di tempat tidur
  • Jamur. Jenis pneumonia ini paling sering terjadi pada orang dengan masalah kesehatan kronis atau sistem kekebalan yang lemah, dan pada orang yang menghirup organisme dalam jumlah besar. Jamur yang menyebabkannya dapat ditemukan di tanah atau kotoran burung dan bervariasi tergantung pada lokasi geografis
  • Virus, termasuk Covid-19. Beberapa virus yang menyebabkan salesma dan flu dapat menyebabkan pneumonia. Virus adalah penyebab paling umum pneumonia pada anak-anak di bawah 5 tahun. Pneumonia virus biasanya ringan. Namun dalam beberapa kasus bisa menjadi sangat serius. Covid-19 dapat menyebabkan pneumonia, yang dapat menjadi parah

Baca juga: Tips Terhindar dari Penularan Virus Corona Varian Baru

2. Pneumonia yang didapat di rumah sakit

Beberapa orang terkena pneumonia selama tinggal di rumah sakit karena penyakit lain.

Pneumonia yang didapat di rumah sakit bisa menjadi serius karena bakteri yang menyebabkannya mungkin lebih kebal terhadap antibiotik dan karena orang yang mengidapnya sudah sakit.

Orang yang menggunakan ventilator, sering digunakan di unit perawatan intensif, berisiko lebih tinggi terkena pneumonia jenis ini.

3. Pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan

Pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan adalah infeksi bakteri yang terjadi pada orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang atau yang menerima perawatan di klinik rawat jalan, termasuk pusat dialisis ginjal.

Seperti pneumonia yang didapat di rumah sakit, pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan dapat disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten terhadap antibiotik.

4. Pneumonia aspirasi

Pneumonia aspirasi terjadi ketika seseorang menghirup makanan, minuman, muntahan, atau air liur ke dalam paru-paru.

Aspirasi lebih mungkin terjadi jika ada sesuatu yang mengganggu refleks muntah normal seseorang, seperti cedera otak atau masalah menelan, atau penggunaan alkohol atau obat-obatan yang berlebihan.

Baca juga: 3 Penyebab Paru-paru Basah yang Perlu Diwaspadai

Faktor risiko pneumonia

Dilansir dari Very Well Health, paru-paru basah atau pneumonia pada dasarnya bisa menyerang siapa saja. Tetapi dua kelompok usia dengan risiko tertinggi untuk tertular dan memiliki kasus yang lebih parah adalah:

  • Anak-anak yang berusia 2 tahun atau lebih muda
  • Orang yang berusia 65 tahun ke atas

Faktor risiko pneumonia lainnya termasuk:

  • Sedang dirawat di rumah sakit. Ada berisiko lebih besar terkena pneumonia jika Anda berada di unit perawatan intensif rumah sakit, terutama jika Anda menggunakan mesin yang membantu Anda bernapas (ventilator)
  • Penyakit kronis. Anda lebih mungkin terkena pneumonia jika Anda menderita asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit jantung, bronkiektasis, cystic fibrosis, diabetes, penyakit celiac, atau penyakit sel sabit
  • Kesulitan menelan. Jika Anda kesulitan menelan karena kondisi seperti penyakit Parkinson atau karena stroke, Anda berisiko lebih tinggi untuk menyedot makanan, minuman, air liur, atau muntah dan, dengan demikian, mengembangkan pneumonia aspirasi
  • Kesadaran berkurang. Apakah Anda dibius, rentan terhadap kejang umum, atau pernah dibius, episode penurunan kesadaran ini dapat berkontribusi pada pneumonia aspirasi
  • Tidak bisa batuk dengan benar atau cukup sering dapat menyebabkan pneumonia
  • Sistem kekebalan tubuh yang melemah atau tertekan. Orang yang mengidap HIV/AIDS, yang pernah menjalani transplantasi organ, atau yang menerima kemoterapi atau steroid jangka panjang berisiko
  • Merokok merusak pertahanan alami tubuh Anda terhadap bakteri dan virus yang menyebabkan pneumonia
  • Penggunaan narkoba atau alkohol berlebihan merupakan faktor risiko lain untuk pneumonia karena Anda dapat menghirup makanan, minuman, atau muntahan ke paru-paru saat Anda berada di bawah pengaruh obat dan minuman terlarang itu
  • Malnutrisi. Kekurangan gizi berkontribusi pada risiko lebih tinggi terkena pneumonia dan menjadi lebih parah, terutama pada anak kecil dan orang dewasa yang lebih tua. Diperkirakan kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian pada 45 persen anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia
  • Kesehatan gigi yang buruk dapat menyebabkan pneumonia, terutama jika Anda memiliki gigi palsu
  • Berada di sekitar hewan dapat membuat Anda terkena kotoran yang terinfeksi yang masuk ke dalam tanah. Bahan kimia dan polutan tertentu juga dapat meningkatkan risiko pneumonia

Baca juga: Benarkah Telapak Tangan Sering Berkeringat Gejala Paru-paru Basah?

Sangat penting untuk menyadari bahwa risiko pneumonia meningkat dengan setiap faktor risiko kesehatan atau gaya hidup tambahan yang dimiliki masing-masing orang.

Dari penjelasan di atas, maka bisa dikatakan bahwa olahraga pada malam hari bisa menyebabkan paru-paru adalah sebuah mitos.

Jika Anda menderita batuk-batuk setelah melakukan olahraga malam atau kondisi lain yang dicurigai sebagai gejala paru-paru basah, sebaiknya tidak langsung panik. Ada berbagai kondisi medis lain yang lebih ringan bisa juga menyebabkan gejala menyerupai paru-paru basah.

Untuk memastikan penyebabnya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter.

Jadi, sah-sah saja jika Anda ingin melakukan olahraga pada malam hari asalnya harus tetap menyesuaikan kemampuan tubuh masing-masing. Olahraga berlebihan tentu tidak baik untuk kesehatan.

Selain itu, sebaiknya perhatikan olahraga malam Anda jangan sampai mengganggu jam tidur. Anda juga butuh tidur yang cukup yakni minimal 7-8 jam sehari untuk menunjang kesehatan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com