KOMPAS.com - Nyeri di dada memang mengkhawatikan. Sebab, kondisi tersebut juga bisa menunjukan adanya serangan jantung.
Namun, tak selamanya nyeri di dada disebabkan oleh serangan jantung.
Karena itu, kita harus memahaminya aga tahu bagaimana cara menanganinya ketika nyeri di dada kembali datang.
Nyeri di dada akibat serangan jantung biasanya di tandai dengan gejala berikut:
Jika tidak disertai gejala tersebut, biasanya nyeri di dada disebabkan oleh hal lain.
Berikut berbagai penyebab nyeri di dada selain serangan jantung:
Serangan panik sangat menakutkan, terutama jika Anda belum pernah mengalamin sebelumnya.
Meskipun tidak mengancam jiwa, serangan panik dan kecemasan yang tiba-tiba dapat mengganggu kualitas hidup dan kesehatan mental.
Gejala serangan panik sangat mirip dengan gejala serangan jantung. Namun, gejala serangan panik biasanya berupa berikut:
Gejala tersebut biasanya terjadi ketika kita sedang stres atau cemas.
Infeksi paru-paru ini dapat menyebabkan peradangan di selaput paru-paru yang memicu rasa nyeri.
Pneumonia juga sering datang tiba-tiba, menyebabkan demam, menggigil, batuk, dan batuk bernanah dari saluran pernapasan.
Rasa nyeri di dada yang berulang juga bisa terjadi akibat dari luka di lapisan perut atau bagian pertama dari usus kecil.
Biasanya, hal ini terjadi pada orang yang merokok, minum banyak alkohol, atau minum obat penghilang rasa sakit seperti aspirin atau NSAID.
Nyeri di dada akibat tukak lambung bisa membaik saat Anda mengonsumsi antasida.
Ketika gumpalan darah berjalan melalui aliran darah dan bersarang di paru-paru, hal ini dapat menyebabkan radang selaput dada akut, kesulitan bernapas, dan detak jantung yang cepat.
Kondisi ini juga dapat menyebabkan demam dan syok. Emboli paru lebih mungkin terjadi setelah trombosis vena dalam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.