Para peneliti meninjau bukti penelitian pada lebih dari 28.000 anak-anak dan 15.000 orang dewasa di Inggris dari 1977 hingga 2012.
Mereka menyimpulkan bahwa kurang tidur secara signifikan meningkatkan risiko obesitas pada orang dewasa dan anak-anak.
Hal ini disebabkan, kurang tidur dapat menyebabkan perubahan hormonal yang meningkatkan nafsu makan.
Ketika seseorang kurang tidur, tubuhnya akan memproduksi ghrelin, yaitu hormon yang merangsang nafsu makan.
Pada saat yang sama, kurang tidur juga menyebabkan produksi leptin yang lebih rendah, yaitu hormon yang menekan nafsu makan.
Satu studi tahun 2012 memberikan petunjuk tentang bagaimana fruktosa cair, yang merupakan jenis gula, dalam minuman dapat mengubah metabolisme lipid dan glukosa sehingga menyebabkan hati berlemak dan sindrom metabolik.
Sindrom metabolik termasuk diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan tekanan darah tinggi.
Orang dengan obesitas lebih cenderung memiliki sindrom metabolik.
Setelah memberi makan tikus larutan fruktosa 10 persen selama 14 hari, para ilmuwan mencatat bahwa metabolisme mereka mulai berubah.
Para ilmuwan sekarang percaya bahwa ada hubungan antara asupan fruktosa tinggi dengan obesitas dan sindrom metabolik.
Mereka telah menyuarakan keprihatinan tentang penggunaan sirup jagung fruktosa tinggi untuk mempermanis minuman dan produk lainnya.
Penelitian pada hewan juga menemukan bahwa ketika obesitas terjadi karena asupan fruktosa yang tinggi, ada hubungan erat dengan diabetes tipe 2.
Pada tahun 2018, peneliti menerbitkan hasil investigasi yang melibatkan tikus muda.
Mereka juga mengalami perubahan metabolisme, stres oksidatif, dan peradangan setelah mengonsumsi sirup jagung fruktosa tinggi.
Baca juga: 20 Cara Mencegah Obesitas untuk Anak-anak dan Orang Dewasa
Beberapa obat juga dapat menyebabkan penambahan berat badan.
Hasil dari Tinjauan dan meta-analisis pada tahun 2015 menemukan bahwa beberapa obat menyebabkan orang menambah berat badan selama beberapa bulan. Ini termasuk: