Namun, terlalu banyak lemak jenuh juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan, kolesterol tinggi, masalah kandung empedu, dan penyakit jantung.
The American Heart Association merekomendasikan diet yang mengandung tidak lebih dari 5 - 6 persen lemak jenuh.
Dengan demikian, dalam diet harian 2.000 kalori, seseorang bisa mendapat asupan tidak lebih dari 120 kalori atau 13 gram (g) lemak jenuh.
Angka ini bisa menjadi pegangan penderita diabetes untuk mengukur batas aman konsumsi keju untuk menghindari asupan lemak jenuh berlebih.
Penderita diabetes harus menjaga asupan garam (natrium) mereka menjadi 2.300 miligram (mg) per hari atau kurang.
Garam dapat meningkatkan tekanan darah sehingga menyebabkan atau memperburuk masalah kardiovaskular terkait diabetes.
Keju sering kali mengandung banyak garam, terutama keju olahan.
Sebuah studi tahun 2018 menemukan kandungan garam rata-rata 863 mg per 100 g keju olahan.
Studi ini menemukan bahwa keju segar memiliki kandungan garam rata-rata 498 mg per 100g.
Untuk meminimalkan kandungan natrium, orang dapat memilih keju segar daripada makanan olahan.
Baca juga: Apakah Brown Sugar Lebih Aman untuk Penderita Diabetes?
Keju memiliki indeks glikemik (GI) yang rendah.
Artinya, keju melepaskan glukosa secara perlahan dan tidak akan memicu lonjakan glukosa darah yang signifikan.
Namun, orang sering mengonsumsi keju bersama makanan lain yang dapat meningkatkan glukosa darah.
Orang sering memasukkan sumber karbohidrat, seperti kerupuk, buah, atau madu di piring keju.
Ini secara langsung akan mempengaruhi gula darah, tetapi memasangkannya dengan porsi keju yang tepat dapat memperpanjang perasaan kenyang dan puas.
Penderita diabetes juga harus memperhatikan ukuran porsi makanan yang mereka makan, bersama dengan keju itu sendiri, untuk mengatur asupan lemak jenuh dan gula mereka.