Michael menyampaikan pada dasarnya para atlet bukan hanya perlu mendapatkan pemahaman terkait pemenuhan nutrisi yang baik.
Dia memandang para atlet melainkan sedari awal seharusnya sudah mendapatkan pendidikan dasar tentang kesehatan secara umum. Ini termasuk mental untuk menjaga kesehatan secara terus-menerus.
Karena, menurut dia, atlet bisa mengalami obesitas bukan hanya karena mereka tidak tahu tentang batas asupan makanan yang harus dikonsumsi.
Tapi sebenarnya, bisa jadi ada atlet yang sebetulnya paham terkait pola makan sehat, namun memilih untuk mengingkarinya.
“Contohnya, ketika sudah juara, punya duit, para atlet ini belanja makanan mulu. Akhirnya, berat badan naik. Prestasi melorot. Jadi ini juga bisa jadi adalah persoalan mental yang tidak terbentuk dari awal,” tutur dia.
Jadi, Michael menilai, seharusnya dari awal ada niat dari pemerintah untuk memberikan dasar pendidikan kepada para atlet tentang bagaimana menjaga kesehatan yang baik.
“Tentunya kesehatan memang berasal dari usaha dari masing-masing atlet. Cuma di balik itu saya melihatnya, untuk menjadi atlet, jalannya di Indonesia tidak semuanya memiliki dasar pendidikan yang cukup,” tutur dia.
Baca juga: Cedera Olahraga, Pentingnya “Sedia Payung Sebelum Hujan” Bagi Atlet
Terkait pendidikan dasar ini, Michael berharap pemerintah setidaknya benar-benar dapat memberikan kesempatan kepada para atlet untuk menuntaskan pendidikannya di bangku sekolah.
"Ada atlet menang-menang terus, gas, tidak dipikirkan sekolahnya. Muncul anggapan enggak usah sekolah enggak apa-apa kok. Kadang kadang sekolah pun, sekadar formalitas untuk bisa mendapatkan ijzah, mendapatkan pekerjan menjadi PNS setelah berhenti (jadi atlet)," jelas dia.
Nah, Michael mempertanyakan, jika dasar pendidikan para atlet kurang, lantas dari mana mereka tahu cara menjaga kesehatannya.
"Kalau dia tidak tahu cara menjaga kesehatannya, ya amburadul. Dia bisa minum-minuman (beralkohol), merokok, begadang, dugem, dan lain sebagaimnya," jelas dia.
Selain pemenuhan akan pendidikan dasar, menurut Michael, para atlet di Indonesia butuh sistem organisasi yang sehat.
Dia ingin jangan sampai ada pengurus atau pelatih yang menuntut secara berlebihan kepada para atlet agar selalu berprestasi. Hal itu misalnya bisa membuat para atlet takut mengatakan jika dirinya sedang cedera hingga dicoret dari skuat.
Padahal jika cendera atlet ini tidak segera ditangani, bisa semakin parah dan semakin sulit diobati pula hingga berisiko mengancam masa depan mereka.
Baca juga: Cedera Saat Olahraga Sebaiknya Jangan Langsung Dipijat, Ini Penjelasan Dokter
"Ini bagian dari sistem. Jeleknya pelatih atau pengurus, ingin atletnya super, menang terus. enggak boleh kalah. Kalah dimaki, menang dipuji. Jadi enggak ada pilihan lain, atlet harus siap bertanding," jelas dia.