Michael setuju jika atlet terus berprestasi. Tapi, menurut dia, sebagai pengurus dan pelatih harus punya startegi yang baik sehingga tahu kapan atlet harus bertanding dan kapan harus recovery.
"Pengurus atau pelatih harus bisa menentukan, di mana atlet harus ambil poin dan di mana mereka harus istirahat dulu. Tidak memaksakan para atlet dapat hat-trick, quattrick, dan segala macemnya," tutur dia.
Michael yakin para atlet juga ingin menang terus, tapi mereka juga kadang tidak tahu. Dia mengibaratkan atlet seperti anak-anak.
"Jadi mereka terkadang cedera karena emosi atau ambisi dari orang lain. Nah ini, para atlet harus tahu juga kapan harus bertanding, kapan harus istirahat," terang dia.
Michael mencontohkan untuk atlet badminton. Pada suatu ketika akan ada turnamen di eropa, yakni di Belanda, Jerman, All England, dan Denmark. Dari sini, menurut dia, para pengurus dan pelatih bisa menentukan target dulu di kompetisi mana atlet bisa juara. Misalnya, ditentukan di All England.
Untuk mendapatkan kondisi prima saat berlaga di ajang All England, Michael memandang para atlet bisa diturunkan saja di Belanda, tidak usah di Jerman.
"Jangan bilang sayang tiketnya atau alasan apa lainnya. Jadi biarkan atlet istirahat dulu, pemulihan dulu. Para atlet ini punya waktu untuk pemulihan. Di All England, para atlet ini diharapkan bisa tampil maksimal," terang dia.
Baca juga: Mengapa Obesitas Bisa Memicu Naiknya Gula Darah?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.