KOMPAS.com - Menjadi produktif memang hal yang baik. Namun, tahukah Anda bahwa terlalu produktif juga bisa berakibat buruk untuk kesehatan mental?
Memilih untuk melakukan hal-hal produktif dalam satu hari secara sekaligus ternyata bisa membuat kita mengalami burnout atau stres berat.
Perlu ada keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan supaya quality time bersama orang-orang terdekat tetap terjaga. Tanpa keseimbangnan tersebut, maka kita bisa rentan mengalami burnout atau stres.
Burnout atau stres berat menyerang seseorang karena terlalu bekerja sangat keras yang berujung mengancam kesehatan mental terutama di kalangan kawula muda dengan motivasi dan ambisi bahwa jika ingin sukses harus rajin bekerja.
Kegiatan yang awalnya kita anggap positif pun bisa berubah menjadi toxic. Kondisi inilah yang dinamakan toxic productivity.
Baca juga: Blefaritis (Radang Kelopak Mata)
Toxic productivity adalah istilah lain dari “overworking” dan “workaholic”. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang terlalu banyak bekerja hingga mengesampingkan istirahat.
Graheta Rara Purwasono, salah satu psikolog Riliv, mengatakan bahwa toxic productivity itu memunculkan rasa bersalah kalau tidak mengerjakan sesuatu.
“Ujung-ujungnya, mengalami burnout yang membahayakan kesehatan, dan itu harus dihindari,” ungkapnya.
Pada akhirnya, tidak ada quality time bersama teman dan keluarga buatmu—apalagi, waktu untuk me-time—karena kamu terlalu sibuk untuk bekerja setiap saat.
Untuk mengatasi toxic productivity, kalian bisa melakukan langkah berikut:
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.