Gejala mulai muncul beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu setelah infeksi awal.
Sistem kekebalan pasien memperlakukan sel-sel otak yang sehat sebagai organisme asing dan menyerang mereka.
Namun, para ilmuwan belum mengetahui mengapa hal ini bisa terjadi.
Pada lebih dari 50 persen kasus ensefalitis, penyebab pasti penyakit ini tidak diketahui.
Ensefalitis lebih mungkin menyerang anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, individu dengan sistem kekebalan yang lemah, dan orang-orang yang tinggal di daerah tempat nyamuk dan kutu yang menyebarkan virus tertentu biasa ditemukan.
Penanganan ensefalitis berfokus pada pengurangan gejala.
Hanya ada sejumlah agen antivirus spesifik yang teruji dan andal yang dapat membantu, salah satunya adalah acyclovir.
Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengurangi peradangan otak, terutama pada kasus ensefalitis pasca infeksi (sekunder).
Jika pasien memiliki gejala yang parah, mereka mungkin memerlukan ventilasi mekanis untuk membantu mereka bernapas dan perawatan suportif lainnya.
Antikonvulsan kadang-kadang diberikan kepada pasien yang mengalami kejang.
Obat penenang bisa efektif untuk kejang, kegelisahan, dan lekas marah.
Untuk pasien dengan gejala ringan, pengobatan terbaik adalah istirahat, minum banyak cairan, dan mengonsumsi Tylenol (parasetamol) untuk demam dan sakit kepala.
Dokter biasanya akan menyesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Baca juga: Ciri Sakit Kepala yang Mengarah pada Gejala Tumor Otak
Sebagian besar pasien yang menderita ensefalitis terus mengalami setidaknya satu komplikasi, terutama pasien lanjut usia, mereka yang memiliki gejala koma, dan individu yang tidak menerima pengobatan pada tahap awal.
Komplikasi mungkin termasuk: