Kondisi seperti penyakit Huntington dan penyakit Parkinson bisa menyebabkan gerakan saat tidur, yang dapat menyebabkan bruxism.
Bruxism juga dapat menjadi efek samping dari obat-obatan tertentu, termasuk beberapa antidepresan dan antipsikotik.
Sebuah studi pada 2018 menemukan hubungan antara inhibitor reuptake serotonin selektif atau selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) dan bruxism.
Fluoxetine (Prozac) dan sertraline (Zoloft) adalah penyebab bruxism paling umum dari obat yang diteliti.
Sleep apnea adalah suatu kondisi yang menyebabkan pernapasan berhenti sementara saat tidur.
Baca juga: 6 Gejala Sleep Apnea yang Sering Tak Disadari
Kondisi ini dapat mengurangi kualitas tidur dan menyebabkan sering terbangun, yang mungkin menjadi faktor risiko bruxism.
Dengan mengganggu tidur, sleep apnea dapat menyebabkan gigi menggemeretakkan atau mengatup dengan kencang.
Bruxism sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja.
Dilansir dari Cleveland Clinic, kerusakan jangka panjang akibat bruxism dapat menyebabkan sejumlah ketidaknyamanan.
Ini mungkin termasuk:
Sindrom sendi temporomandibular yang menyebabkan rasa sakit, tegang, dan kesulitan mengunyah.
Baca juga: 8 Penyebab Sakit Gigi yang Sering Terjadi
Siapa saja yang mencurigai memiliki bruxism atau diceritakan oleh pasangan atau keluarga menunjukkan aktivitas menggertakkan gigi saat tidur sebaiknya segera saja berkonsultasi dengan dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.