Demikian pula, tidak ada bukti bahwa vaksin Covid-19 memengaruhi pubertas.
Organisasi medis profesional yang melayani orang-orang usia reproduksi, termasuk remaja, menekankan bahwa tidak ada bukti bahwa vaksinasi Covid-19 menyebabkan hilangnya kesuburan.
Organisasi-organisasi tersebut juga merekomendasikan vaksinasi Covid-19 untuk pria dan wanita yang ingin memiliki bayi di masa depan.
Baca juga: Tidak Mengalami KIPI, Apakah Vaksin Covid-19 Tetap Bekerja?
Mengutip Covid19.go.id, terdapat hoaks yang beredar di media sosial yang berisi daftar dugaan gejala Covid-19 varian Omicron.
Dalam daftar itu juga menyiratkan bahwa gejala tersebut sebenarnya adalah komplikasi dari vaksin Covid-19.
Tidak ada bukti bahwa daftar gejala yang tercantum dalam unggahan tersebut merupakan gejala komplikasi dari vaksin Covid-19.
Begitu juga tidak ada bukti bahwa varian Omicron menyebabkan seseorang menunjukkan gejala-gejala tersebut.
David O'Connor, Profesor Laboratorium Patologi dan Obat-obatan di University of Wisconsin-Madison, mengatakan bahwa sejauh ini belum cukup waktu atau kasus untuk dapat mengetahui apakah varian Omicron menunjukkan gejala yang berbeda dari varian lainnya.
Lebih lanjut, WHO juga mengatakan belum jelas apakah varian Omicron lebih menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lainnya.
Professor Kim Shin Woo, epidemiolog dari Kyungpook National University menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 justru tidak mengandung parasit apa pun karena ada sistem ketat yang diterapkan selama proses pembuatan untuk mencegah kontaminasi.
Baca juga: Makanan yang Baik Dikonsumsi setelah Vaksin Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.