Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Macam Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Perlu Diwaspadai Orangtua

Kompas.com - 24/12/2021, 16:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Orangtua perlu memperhatikan perkembangan buah hati, untuk mencegah gangguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi kehidupan di masa depannya, seperti gangguan bicara dan down syndrom

Gangguan tumbuh kembang anak dapat terjadi hanya di satu ranah perkembangan saja atau dapat pula lebih.

Mengutip Psych Central, ranah perkembangan anak yang dapat mengalami gangguan meliputi:

  • Mobilitas
  • Fungsi biologis
  • Kognisi (belajar)
  • Kemandirian fisik atau emosional
  • Bahasa
  • Panca indera dan persepsi
  • Keterampilan sosial

Baca juga: 13 Tahapan Tumbuh Kembang Anak 5 Tahun

Berikut macam-macam gangguan tumbuh kembang anak yang melansir dari berbagai sumber:

1. Gangguan bicara dan bahasa

Mengutip Kementerian Kesehatan, kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.

Sebab, kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya.

Dalam berbahasa seorang anak melibatkan kemampuan kognitif, motorik, psikologis, sosial dan emosionalnya.

Kurangnya stimulasi akan menyebabkan gangguan bahasa dan bicara yang mungkin dapat menetap hingga anak dewasa.

Mengutip IDAI, gejala gangguan bicara dan bahasa ekspresif meliputi:

  • Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan.
  • Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan.
  • Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan.
  • Gejala gangguan bicara dan bahasa reseptif meliputi:
  • Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons.
  • Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan.
  • Sering mengulang ucapan orang lain (membeo/ekolalia) setelah usia 30 bulan.

Baca juga: 11 Tahapan Tumbuh Kembang Anak 3 Tahun

2. Gangguan cerebral palsy

Mengutip Kementerian Kesehatan, gangguan cerebral palsy merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh suatu kerusakan pada sel-sel motorik dalam susunan saraf pusat.

Mengutip IDAI, gejala gangguan pada motorik kasar, meliputi:

Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang, misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan.

  • Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6 bulan.
  • Hiper/hipotonia: gangguan tonus otot.
  • Hiper/hiporefleksia: gangguan refleks tubuh.
  • Adanya gerakan yang tidak terkontrol.

Gejala gangguan pada motorik halus, meliputi:

  • Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan.
  • Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun.
  • Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat dominan setelah usia 14 bulan.
  • Perhatian penglihatan yang inkonsisten.

Baca juga: 9 Tahapan Tumbuh Kembang Anak 2 Tahun

3. Down Syndrom

Mengutip Kementerian Kesehatan, anak dengan Down Syndrom adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih.

Perkembangan anak dengan Down Syndrom lebih lambat dari anak yang normal.

Beberapa faktornya, seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya, dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.

Mengutip CDC, beberapa ciri fisik umum dari Down Syndrom meliputi:

  • Wajah yang rata, terutama batang hidung.
  • Mata berbentuk almond yang miring ke atas.
  • Leher pendek.
  • Telinga kecil.
  • Bintik-bintik putih kecil pada iris mata.
  • Tangan dan kaki kecil.
  • Jari kelingking kecil yang terkadang melengkung ke arah ibu jari.
  • Tonus otot buruk atau persendian kendor.
  • Tubuh cenderung lebih pendek dari umumnya.

Baca juga: 4 Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak

4. Perawakan pendek (short stature)

Mengutip Kementerian Kesehatan, perawakan pendek merupakan suatu istilah umum untuk tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi.

Penyebabnya dapat karena varian normal, seperti gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.

Baca juga: 17 Tahapan Tumbuh Kembang Anak 1 Tahun

5. Gangguan autisme

Mengutip Kementerian Kesehatan, gangguan autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun.

Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut
sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.

Mengutip IDAI, gangguan perkembangan yang ditemukan pada anak autisme meliputi bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku, seperti:

  • Tidak bisa menunjukkan emosi atau ekspresi yang sesuai untuk suatu keadaan.
  • Sulit merespons jika dipanggil atau diajak bicara.
  • Sulit menjalin pertemanan sampai tidak memiliki minat.
  • Aktivitasnya sangat terbatas (stereotipik) dan berulang (repetitif).

Sementara, tanda bahaya (red flags) yang harus diwaspadai orangtua dari anak dengan autisme dan harus segera diintervensi oleh ahlinya, meliputi:

  • Tidak ada babbling (ocehan), tidak bisa menunjuk, atau tidak menunjukkan mimik wajah yang wajar pada usia 12 bulan.
  • Tidak ada kata-kata berarti pada usia 16 bulan.
  • Tidak ada kalimat terdiri dari 2 kata yang bukan mengulangi perkataan orang (ekolalia) pada usia 24 bulan.
  • Hilangnya kemampuan berbahasa atau kemampuan sosial pada usia berapa pun.
  • Anak tidak menoleh atau sulit menoleh apabila dipanggil namanya pada usia 6 bulan sampai 1 tahun.

Baca juga: 4 Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak

6. Gangguan intelektual

Mengutip Kementerian Kesehatan, gangguan intelektual merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70).

Akibatnya, menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.

Mengutip CDC, gangguan intelektual dapat disebabkan oleh masalah yang dimulai kapan saja sebelum seorang anak berusia 18 tahun, bahkan sebelum ia lahir.

Anak dengan gangguan intelektual biasanya menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

  • Duduk, merangkak, atau berjalan lebih lambat dari anak-anak lain.
  • Mengalami kesulitan berbicara.
  • Merasa sulit untuk mengingat sesuatu.
  • Mengalami kesulitan memahami aturan sosial.
  • Mengalami kesulitan melihat hasil dari tindakan mereka.
  • Mengalami kesulitan memecahkan masalah.

Baca juga: 3 Kategori Stimulasi untuk Bantu Tumbuh Kembang Anak

7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

GPPH dikenal secara internasional sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

Mengutip CDC, seorang anak dengan GPPH biasanya menunjukkan tanda-tanda berikut ini:

  • Banyak melamun
  • Lupa atau kehilangan banyak hal
  • Gelisah
  • Terlalu banyak bicara
  • Membuat kesalahan yang ceroboh atau mengambil risiko yang tidak perlu
  • Sulit menahan godaan
  • Sulit bergiliran
  • Sulit bergaul dengan orang lain

Beberapa bentuk GPPH, meliputi:

  • Disleksia: kesulitan membaca dan sebagai akibatnya anak juga akan kesulitan menulis.
  • Disgrafia: kesulitan berekspresi dalam bentuk tulisan, termasuk kesulitan dalam membuat tulisan tangan, mengeja, dan mengorganisasikan pikiran.
  • Diskalkulia: kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep matematika mendasar (misal jumlah, nilai, dan waktu), menghafal angka-angka (misal tanggal), mengorganisasikan angka, dan memahami sistem penomoran.
  • Gangguan bahasa reseptif juga dapat menyebabkan GPPH.

Baca juga: Manfaat Menyusui untuk Tumbuh Kembang Anak dan Kelekatan Keluarga

Di luar dari berbagai gangguan tumbuh kembang anak di atas, perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan pencapaian perkembangan tiap anak bisa berbeda, sebagaimana yang dikutip dari IDAI.

Kisaran waktu pencapaian tiap tahap perkembangan anak umumnya cukup besar.

Misalnya, seorang anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan dalam kisaran usia 10 hingga 18 bulan.

Sehingga, seringkali terjadi perbedaan perkembangan di antara anak yang seusia.

Untuk mengantisipasi gangguan tumbuh kembang anak pada tahap golden age (0-5 tahun), orangtua perlu memantau perkembangan buah hatinya secara berjenjang sebagai berikut:

  • Usia 0-12 bulan dianjurkan dipantau tiap bulan.
  • Usia 12-24 bulan dianjurkan dipantau tiap 3 bulan.
  • Usia 24-72 bulan dianjurkan dipantau tiap 6 bulan.

Selain itu, tentu saja orangtua terlebih dahulu harus memenuhi kebutuhan dasar anak, yaitu Asuh, Asih, dan Asah, sebagaimana yang dikutip IDAI.

  • Asuh: kebutuhan fisik-biomedis, meliputi pemberian ASI, gizi yang sesuai, kelengkapan imunisasi, pengobatan bila anak sakit, pemukiman yang layak, kebersihan individu dan lingkungan, rekreasi dan bermain.
  • Asih: kebutuhan emosi dan kasih sayang.
  • Asah: kebutuhan akan stimulasi mental yang merupakan cikal bakal untuk proses belajar anak.

Baca juga: Awas, Pertengkaran Orangtua Ganggu Tumbuh Kembang Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau