KOMPAS.com - Androgen insensitivity syndrome (AIS) merupakan kelainan genetik yang memengaruhi perkembangan jenis kelamin dan organ reproduksi.
Sindrom ini menyebabkan tubuh tidak dapat merespon testosteron dan androgen lainnya dengan tepat sehingga bayi laki-laki terlahir dengan jenis kelamin ganda atau jenis kelamin perempuan.
Pada dasarnya, penderita AIS tetap dapat hidup dengan sehat dan normal, namun tidak dapat memiliki keturunan.
Baca juga: Waspada, Kadar Testosteron Rendah Berdampak Buruk Pada Kesehatan
Berdasarkan NHS, AIS dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
PAIS umumnya terlihat saat lahir karena organ kelaminnya akan tampak berbeda, sedangkan CAIS sering tidak terdiagnosis sampai pubertas.
Normalnya, orang tua menurunkan 2 jenis kromosom seks yaitu X dan Y. Bayi perempuan memiliki kromosom XX dan laki-laki memiliki kromosom XY.
Melansir NHS, pada AIS, bayi laki-laki terlahir dengan kelainan genetik dari ibu yang mengganggu respon tubuh anak terhadap hormon testosteron yang berkaitan dengan pertumbuhan penis.
Oleh karena itu, kondisi ini memungkinkan organ kelamin anak berkembang sebagai perpaduan perempuan dan laki-laki, meskipun organ dalamnya tetap sebagai laki-laki.
Secara historis, Androgen insensitivity syndrome dikenal sebagai sindrom feminisasi testis.
Menurut Verywell, gejala AIS tergantung pada jenisnya, seperti:
Baca juga: 8 Makanan untuk Meningkatkan Hormon Testosteron dalam Tubuh
Gejala PAIS lebih bervariasi karena pada saat lahir seseorang mungkin memiliki alat kelamin yang tampak hampir sepenuhnya perempuan atau laki-laki.
Dilansir dari Verywell, diagnosis AIS dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Baca juga: 13 Tanda Testosteron Rendah, Pria Perlu Tahu
Pada dasarnya, perawatan AIS dilakukan dengan operasi setelah orang tua penderita telah menentukan jenis kelamin bagi anaknya.
Menurut Verywell, beberapa tujuan operasi yaitu:
Selain itu, perawatan lainnya adalah dengan melakukan terapi seperti: