Tiga, task organization or daily schedule (pengaturan tugas atau jadwal harian).
Pendekatan ini meyakini bahwa dengan memberikan jadwal dan mengatur tugas yang akan diberikan kepada anak dengan ASD dapat meningkatkan kemampuan individu dalam memprediksi aktivitas sehingga memperbesar pemahaman akan lingkungan.
Pengaturan tugas rutin dapat dilakukan dengan memberikan urutan jadwal secara visual. Hal ini dapat membantu individu memahami dan mengantisipasi keinginannya berdasarkan jadwal hariannya.
Dalam merencanakan pemberian aktivitas, harus memuat informasi yang mudah dipahami terkait di mana, kapan, dan kegiatan apa yang akan dilakukan. Pemberian informasi aktivitas ini diberikan secara visual.
Menurut pendekatan ini, jika lingkungan tidak menyiapkan rutinitas aktivitas bagi anak dengan ASD maka mereka akan cenderung mengembangkan rutinitas yang biasanya kurang adaptif dan tidak dapat diterima oleh lingkungan. Meskipun pendekatan ini menekankan pentingnya rutinitas sebagai perantara dalam pembelajaran, namun fleksibilitas juga perlu diberikan sesuai kondisi anak.
Empat, work system (sistem kerja). Sistem kerja dikenal juga sebagai to do list, digunakan di samping jadwal harian untuk mengatur struktur setiap aktivitas tertentu. Sistem kerja dibutuhkan untuk menjelaskan atau menyampaikan tuntutan spesifik dari suatu tugas.
Sistem kerja bertujuan untuk memberikan informasi pada anak dengan ASD akan tugas apa yang harus dilakukan, berapa banyak yang perlu dikerjakan, berapa lama aktivitas akan berlangsung, bagaimana mengetahui aktivitas tersebut telah selesai, dan apa yang harus dilakukan setelah aktivitas tersebut selesai.
Meskipun TEACCH merupakan salah satu intervensi pertama yang dirancang bagi anak dengan ASD (Sandbank et al., 2020) dan salah satu pendekatan paling komprehensif yang digunakan dalam intervensi pada anak dengan ASD (Humphrey & Parkinson, dalam Braiden et al., 2012), tetapi dalam menggunakan pendekatan structured teaching, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan para praktisi dan orangtua agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Pertama, orangtua dan praktisi/professional perlu memahami culture of autism yang dimiliki oleh anak. Setiap anak memiliki keunikan dan kebutuhan masing-masing.
Kedua, penggunaan pendekatan itu memerlukan kerjasama dari semua pihak yang terkait dengan anak, seperti anggota keluarga inti, pihak sekolah, terapis, caregiver dan pihak-pihak yang terlibat langsung dengan anak.
Ketiga, untuk mendapatkan hasil maksimal perlu menerapkan pendekatan ini secara menyeluruh, yaitu keempat elemen kunci.
Terakhir, paling tidak intensitas dalam melakukan intervensi menggunakan standart dari low intensity, dengan melakukan intervensi 20 jam seminggu selama dua tahun secara konsisten dan persisten, untuk dapat melihat keefektifan secara maksimal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.