Mengutip American Cancer Society, bukti berkembang bahwa aktivitas fisik secara teratur mengurangi risiko kanker payudara, terutama pada wanita yang sudah menopause.
Sehingga, mereka yang memiliki kebiasaan tidak aktif secara fisik atau istilah sekarang "mager" lebih tinggi memiliki risiko kanker payudara.
Lalu, berapa banyak aktivitas yang dibutuhkan untuk menghindari kanker payudara?
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa bahkan hanya beberapa jam seminggu mungkin bisa membantu mengurangi faktor risikonya, meskipun lebih banyak tampaknya lebih baik.
Bagaimana tepatnya aktivitas fisik dapat mengurangi risiko kanker payudara belum jelas, tetapi diperkirakan karena efeknya pada berat badan, peradangan, dan kadar hormon.
Mengutip Kementerian Kesehatan, dianjurkan setiap orang melakukan aktivitas fisik minimal 150 menit setiap minggu.
Aktivitas fisik yang dimaksud adalah segala aktivitas yang memacu tubuh bergerak secara keseluruhan yang bisa dilakukan di rumah, tidak harus di klub kebugaran.
Misaalnya, naik turun tangga, jalan cepat, joging, berenang, maupun bersepeda.
Baca juga: 6 Ciri-ciri Kanker Payudara pada Pria, Tak Hanya Menyerang Wanita
Mengutip American Cancer Society, wanita yang belum memiliki anak atau yang memiliki anak pertama setelah usia 30 tahun memiliki risiko kanker payudara yang sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.
Memiliki banyak kehamilan dan hamil di usia muda dapat mengurangi risiko kanker payudara.
Namun, efek kehamilan pada risiko kanker payudara sangat kompleks.
Misalnya, risiko kanker payudara lebih tinggi selama sekitar dekade pertama setelah memiliki anak.
Risiko kemudian menjadi lebih rendah dari waktu ke waktu.
Mengutip American Cancer Society, seorang wanita memiliki kebiasaan tidak menyusui atau memberikan ASI kepada anaknya setelah melahirkan lebih memiliki risiko kanker payudara dari pada yang melakukannya.
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan menyusui anak dapat sedikit menurunkan risiko kanker payudara, terutama jika terus berlanjut selama 1 tahun atau lebih.
Namun ini sulit dipelajari, terutama di negara-negara seperti Amerika Serikat, di mana menyusui selama ini jarang terjadi.
Penjelasan yang mungkin untuk efek ini adalah bahwa menyusui anak mengurangi jumlah total siklus menstruasi seumur hidup seorang wanita.
Itu sama seperti memulai periode menstruasi pada usia yang lebih tua atau melalui menopause dini.
Baca juga: Kanker Payudara Pria
Mengutip American Cancer Society, beberapa metode pengendalian kelahiran menggunakan hormon dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
Sebagian besar penelitian menemukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) memiliki risiko kanker payudara yang sedikit lebih tinggi dari pada wanita yang tidak pernah menggunakannya.
Setelah pil dihentikan, risiko ini tampaknya kembali normal dalam waktu sekitar 10 tahun.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mendapatkan suntikan progesteron jangka panjang (seperti Depo-Provera) setiap 3 bulan untuk pengendalian kelahiran dapat meningkatkan risiko kanker payudara, tetapi tidak semua penelitian menemukan hal ini.
Bentuk-bentuk pengendalian kelahiran ini juga menggunakan hormon, yang secara teori dapat memicu pertumbuhan kanker payudara.